Rabu, 20 Mei 2009

BERPIKIR POSITIF

PENDAHULUAN


Firman Tuhan mengatakan dalam Hosea 4:6 : ”Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah”. Hal ini telah menjadi suatu peringatan bagi kita untuk dapat mengenal Dia sehingga kita tidak binasa dan dapat mengenal berbagai-bagai macam ajaran yang bukan berasal dari Tuhan. Saat ini sudah begitu banyak terdapat ajaran-ajaran yang menyimpangkan ajaran Kristus, diantaranya adalah ajaran Gerakan Zaman Baru.

Mungkin sudah cukup sering kita mendengar dan melihat aktivitas New Age Movement (Gerakan Zaman Baru) dengan segala bentuk penyesatannya. Tetapi satu hal perlu kita sadari bersama bahwa di hari-hari terakhir ini Gerakan Zaman Baru tersebut sudah memasuki tahap kebangkitannya secara mengejutkan. Telah terjadi peningkatan yang luar biasa dari usaha penyesatannya ke dalam semua area kehidupan manusia. Gerakan Zaman Baru telah masuk dan mempengaruhi cukup banyak orang Kristen di ujung akhir zaman ini, dan tentunya ini merupakan tantangan yang sangat serius bagi kekeristenan. Kurangnya perhatian dan pengetahuan akan kebenaran Firman Tuhan menjadikan Gerakan Zaman Baru dengan leluasa masuk kedalam hidup orang Kristen. Aktivitasnya bahkan semakin diterima menjadi bagian kehidupan tanpa menyadari penyesatan dan ikatan spiritual yang menyertainya.

APA ITU GERAKAN ZAMAN BARU

Gerakan Zaman Baru bukanlah kepercayaan atau agama baru, tetapi suatu falsafah atau faham dimana manusia diajak untuk melihat segala sesuatunya dengan cara pandang baru, termasuk cara baru melihat Tuhan, Yesus Kristus, dosa, keselamatan, dan seterusnya. Secara nyata ini adalah pergeseran nilai spiritual dengan falsafah dan kebudayaan anti Kristen menjadi landasan pemikiran, gaya hidup, dan sistem normatif yang ingin diterapkan secara universal bagi generasi manusia akhir zaman. Gerakan Zaman Baru menjadi populer dan fenomenal pada dasawarsa 1970-an sebagai protes keras atas kegagalan proyek Kristen dan sekulerisme dalam menyajikan wawasan spiritual dan petunjuk etis menatap masa depan.
Pertama, di lingkungan gereja Kristen, misalnya, kita sulit menghapus ingatan masa lalu saat Gereja menerapkan doktrin extra ecclesiam nulla salus. No salvation outside the Church. Tidak ada keselamatan di luar Gereja yang didengungkan oleh Gereja Roma Katolik. Hal ini menyebabkan manusia melihat gereja sepertinya menutup diri dan bersifat eksklusifisme, seakan-akan agama lain tidak akan mendapatkan keselamatan kalau bukan melalui gereja.

Karena itu, "keselamatan" itu tidaklah penting di kalangan Gerakan Zaman Baru. Sebab, Gerakan Zaman Baru lebih percaya prinsip Enlightenment, di mana muncul kesadaran spiritualitas di kalangan New Age bahwa manusia dapat tercerahkan, menjadi sacred self, karena pada kenyataannya manusia adalah divine secara intrinsik / manusia dapat menjadi tuhan bagi dirinya sendiri (persis konsep fithrah dalam Islam). Paham inilah yang akhirnya menjadikan "pantheisme" begitu fenomenal di kalangan Gerakan Zaman Baru .

Kedua, protes Gerakan Zaman Baru atas hilangnya kesadaran etis untuk menatap masa depan. Oleh karena itu, salah satu manuskrip terpenting yang menjadi wawasan etis Gerakan Zaman Baru dalam menatap masa depan adalah The Art of Happiness, New Ethic for the Milllenium karya Dalai Lama.

Sebagai alternatif dari protesnya terhadap kegagalan gereja Kristen dan sekulerisme dalam menyajikan wawasan spiritual dan petunjuk etis menatap masa depan, maka Gerakan Zaman Baru menoleh pada spiritualitas baru lintas agama. Kita tahu, betapa Gerakan Zaman Baru begitu kuat berpegang pada prinsip spirituality: the heart of religion.

Oleh karena itu, Gerakan Zaman Baru sangat menghayati betul arti pentingnya monisme (segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi dari sumber tunggal, divine energy), pantheisme (all is God and God is all, menekankan kesucian individu, dan karenanya proses pencarian Tuhan tidaklah melalui Teks Suci, tetapi justru melalui diri sendiri, karena (God within our self), reinkarnasi (setelah kematian, manusia terlahirkan kembali, dan hidup dalam alam kehidupan lain sebagai manusia. Mirip konsep transmigration of the soul dalam Hindu), dan seterusnya, seperti astrologi, channeling, pantheisme, tradisi Hinduisme, tradisi Gnostis, Neo-Paganisme, theosopi, karma, crystal, meditasi, dan seterusnya.

Tradisi spiritual Gerakan Zaman Baru lintas agama ini, tidak saja dapat mengobati kegersangan spiritual yang sekian lama hampa dari lingkungan agama formal, tetapi juga memberi muara kepada Gerakan Zaman Baru ke arah terwujudnya Universal Religion. Agama Universal, di mana ada proses awal kesadaran akan all is God and God is all yang menjadi sandaran doktrin Pantheisme, tetapi kemudian bergeser ke arah kesadaran spiritualitas Zaman Baru yang meyakini bahwa "hanya ada Satu Realitas yang eksis". Semua agama, begitu keyakinan Zaman Baru, hanyalah sekadar jalan-jalan menuju kepada Satu Realitas yang menjadi ultimate reality dari semua pejalan spiritual (agama-agama).


BERPIKIR POSITIF SEBAGAI GERAKAN ZAMAN BARU

Positive Thinking atau Berpikir Positif makin populer akhir-akhir ini, bukan saja karena kata itu sendiri sudah memberi kesan positif tetapi juga karena menekankan kekuatan berfikir ‘think’ yang menjadikan gengsi generasi masakini. Buku-buku bertema positive thinking makin banyak diterbitkan dan seminar-seminar demikian ramai diadakan di perusahaan-perusahaan. Bukan hanya itu belakangan ini makin banyak pendeta mengikuti pelatihan positive thinking dan banyak gereja mulai mengundang para ‘positive thinkers.’ Di balik itu sudah mulai ada gereja-gereja yang menyadari bahwa pemikiran demikian sekalipun menarik, membawa misi yang kontra produktif bagi iman kristen.

Berpikir Positif sangat erat kaitannya dengan gerakan Pengembangan Pribadi yang pada masa sekarang ini mempunyai beraneka macam nama seperti : New Consiousness Movement, Human Potential Movement, Creative Imagination, Self Motivation, Self Actualization, Self Realization, Self Esteem, Transformation Movement, Mind Power, Positive Thinking, Success Motivation, Personal Development, New Humanism, Hypno Selling, Hypnotherapy dll. Mengapa Berpikir Positif ala Pengembangan Pribadi ini merupakan salah Gerakan Zaman Baru? Hal ini akan dijelaskan seperti dibawah ini.

PRINSIP DASAR PENYESATAN BERPIKIR POSITIF

Pada dasarnya, Berpikir Positif dalam Pelatihan Pengembangan Diri mempercayai adanya kekuatan (Power) pikiran (mind) atau potensi alam semesta atau yang disebut universal power, universal mind atau universal self dan manusia memiliki sebagian dari kekuatan itu yang disebut dengan human potential, human mind, atau the power of the self. Manusia dianggap sempurna dan mempunyai potensi itu dan potensi-potensi itulah yang akan digali agar dapat dimunculkan menjadi kekuatan yang luar biasa dahsatnya untuk memperoleh kesuksesan. Mereka percaya karena manusia adalah percikan ilahi maka manusia pun dapat menjadi tuhan bagi dirinya sendiri yang dapat dibangkitkan.

Berpikir Positif ala Pengembangan Pribadi saat ini masih memakai buku Norman Vincent Peale yang berjudul The Power of Positive Thinking yang sangat popular dan juga buku Robert Schuller yang berjudul Possibility Thinking dan Self Love yang banyak beredar. Buku-buku ini walaupun banyak mengutip firman Tuhan dari Alkitab, namun buku-buku ini merupakan pandangan hidup penulisnya yang selalu berpusat kekuatan diri sendiri yaitu berpikir positif yang akan menghasilkan kekuatan untuk meraih sukses (humanisme). Berpikir Positif yang diadakan pada pelatihan pengembangan diri umumnya menawarkan bahwa dengan kemampuan yang ada dalam diri seseorang, orang bisa mencapai sukses dan kehidupan berkelimpahan. Orang bisa sukses dan maju dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri (anthroposentris), manusia menjadi juruselamat bagi dirinya sendiri, dan manusia pada dasarnya sama hakekatnya dengan alam semesta yaitu universal power of mind. Namun pengertian sukses dan berkelimpahan yang dimaksudkan adalah kesuksesan dan kehidupan berkelimpahan menurut ukuran dunia yaitu jabatan tinggi, rumah mewah, kehidupan yang berkelimpahan dengan harta yang banyak dan lain-lain.

Salah satu kekuatan pikiran yang disampaikan dalam Berpikir Positif adalah : ”Jika kamu berpikir bisa, maka kamu bisa”. ”Sukses ada di tangan Kita”, ”Mutiara itu ada dalam genggamanmu”. Mengapa hal itu dapat terjadi? Ternyata menurut teori berpikir positif, bahwa ketika kita berpikir positif, otak kita memancarkan sebuah gelombang elektromagnetik ke alam semesta. Sesuai dengan hukum kekekalan energi yang berlaku, bahwa setiap energi tidak dapat dimusnahkan. Dalam hal ini, energi / gelombang positif yang kita pancarkan akan diterima oleh alam semesta, dan pada akhirnya akan dipantulkan lagi ke otak kita sebagai apapun yang bernilai positif.
Menurut teori-teori berpikir positif ada 3 pedoman untuk mendapatkan dan mengokohkan kekuatan Berpikir Positif yaitu:
1. Berpikir sukses, jangan berpikir gagal, maka sukses itu ada di tangan Anda
2. Ingatkan diri Anda secara teratur bahwa Anda lebih baik dari yang anda kira.Orang sukses hanyalah orang biasa yang telah mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri dan apa yang mereka kerjakan. Jangan pernah mengakui keraguan anda atau mengesankan kepada orang lain bahwa anda bukan orang kelas satu.
3. Percaya besar. Besar kecilnya keberhasilan anda tergantung pada besar kecilnya percaya Anda.
Menurut Berpikir Positif, seseorang diajak untuk mempersepsikan kenyataan secara positif. Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran, kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf, Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.
Stanley R. Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat pada suatu seminar sukses, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."
Menurut Rhonda Bryne dalam bukunya The Secret, mengatakan bahwa Kekuatan Pikiran dalam Berpikir Positif ditentukan oleh adanya Hukum Tarik Menarik. Hukum ini memungkinkan manusia untuk menentukan nasib dan masa depannya sendiri. Mau sehat atau sakit, kaya atau miskin, sukses atau gagal, semua itu datang ke kehidupan kita, karena kita mengundangnya. Apa kuncinya? Pikiran kita. Pasalnya, segala sesuatu di alam semesata ini adalah suatu energi. Pikiran kita menimbulkan suatu getaran (vibrasi) yang akan menarik segala sesuatu di semesta yang punya frekwensi senada, karena dasar hukum ini adalah sesuatu yang serupa akan tarik menarik.
Apa yang kita pikirkan, itulah yang kita dapatkan. Karena itu, kita harus selalu berpikir positif. Menurut Rhonda, orang-orang kaya di dunia ini memang selalu memikirkan kelimpahan dan mereka tidak memperbolehkan pikiran-pikiran yang sebaliknya memasuki pikiran mereka. Pikiran utama mereka adalah kekayaan dan pikiran utama tentang kekayaan itulah yang mendatangkan kekayaan pada mereka. Inilah tindakan Hukum Tarik Menarik.
Dasar dari kepercayaan yang disampaikan oleh Rhonda untuk mewujudkan impian itu adalah dengan meminta, percaya dan terima yang terdapat dalam Injil Matius 21:22 yaitu: ”Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”. Dan dalam Markus 11:24, yaitu :”Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Alkitab telah dipelintirkan menjadi suatu metoda Berpikir Positif.
Saat ini Metoda Berpikir Positif telah diterapkan juga dalam bidang hypnotis, sehingga hypnotis menjadi suatu hal yang dapat diterima oleh akal sehat. Banyak workshop, seminar atau pelatihan pengembangan diri memakai hypnotis seperti pelatihan Hypnotherapi untuk mengobati ketidakmampuan dalam berkomunikasi (gagap), Pelatihan Hypno Selling untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam hal berhubungan dengan manusia lain (pemasaran), dan lain-lain untuk membekali para praktisi mengembangkan kemampuan mereka. Pelatihan Berpikir Positif dipadukan dengan hypnotis memiliki alasan karena program pengembangan diri yang ada pada umumnya dianggap gagal berhubung individu yang dilatih tidak berhasil meyakinkan diri sendiri untuk berubah karena mengalami yang namanya self sabotage yaitu proses dimana alam sadar menyabot proses mental yang tengah dilakukan seseorang pada saat ia ingin melakukan perubahan diri. Misalnya seorang melakukan affirmasi di depan kaca dan mengatakan: ”Saya orang yang sukses” sebanyak 100 kali. Namun setiap kali ia mengatakan itu, di sisi pikirannya terbersit suatu keraguan, ”Masak sih, kan selama ini saya toh selalu gagal”. Pikiran inilah yang berasal dari fungsi alam sadar yang terus menerus mengontrol dan mengkritisi segala sesuatu yang masuk ke pikiran (Self Sabotagge). Self-sabotage inilah yang harus dihilangkan dengan jalan hypnotis verbal atau yang dikenal dengan teknik sugesti (indirect communication).

PANDANGAN ALKITAB MENGENAI BERPIKIR POSITIF

Berpikir Positif yang diajarkan dalam Pelatihan Pengembangan Diri memang tidak secara terbuka membawa misi agama kebatinan atau sejenisnya untuk menentang kekristenan. Namun sebagai Pengikut Kristus, kita harus mengerti pandangan Berpikir Positif yang bagaimana yang diajarkan oleh Alkitab sebagai firman Tuhan. Kalau Berpikir Positif yang diajarkan dalam Pelatihan Pengembangan Diri sifatnya adalah mengalihkan pandangan iman seseorang dari Tuhan kepada dirinya sendiri (kekuatan pikiran yang mengubah dunia), dari Anugrah Allah kepada usaha manusia (humanisme) dan lebih dari itu Pelatihan Pengembangan Diri bertujuan untuk melatih seseorang untuk dapat membebaskan dirinya sendiri dari kelemahan diri, manusia mempunyai potensi diri yang dapat dikembangkan untuk menentukan masa depan dan tujuannya sendiri. Berpikir Positif yang ditawarkan oleh Pelatihan Pengembangan Diri adalah berfokus pada kekuatan pikiran, bukan berfokus pada Tuhan. Berpikir Positif mengajar manusia untuk mengendalikan Tuhan dengan kekuatan pikirannya. Bagaimana mungkin pikiran manusia yang terbatas mengatur pikiran Tuhan yang tak terbatas? Ini adalah hal yang sangat bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Kita harus tahu menempatkan diri kita di hadapan Tuhan. Firman Tuhan jelas berkata dalam 1Kor. 2:16 : “Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus”. Dan dalam.

Pengikut Kristus memang harus berpikir positif dan berpikir optimis. Namun berpikir positif menurut firman Tuhan adalah berpikir positif yang tidak bersumber dari kekuatan diri sendiri tapi bersumber dari Allah sendiri yang merupakan buah dari anugrah Allah (Theosentris). Berpikir Positif Kristen bukan agar dirinya menjadi lebih baik, memiliki segalanya, memiliki harta yang melimpah, karir yang meningkat dan kesuksesan lainnya, namun lebih dari pada itu orang Kristen berpikir Positif sebagai buah anugrah keselamatan yang diterimanya dengan rasa ucapan syukur berupa suka cita yang di dalam Tuhan (Filipi 4:4). Memandang segala sesuatunya sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36). Masa depan kita, apakah sehat atau sakit, kaya atau miskin, sukses atau gagal, tidak ditentukan oleh kekuatan pikiran kita. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 2 : 9, mengatakan : ”Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia”. Tuhan justru lebih tahu apa yang kita butuhkan. Kita Berpikir Positif bahwa Allah telah menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan melebihi dari apa yang pernah kita pikirkan, melebihi dari yang pernah kita lihat dan melebihi dari apa yang kita pernah dengar.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6). Hal ini mengajar kita untuk berpikir positif untuk tidak perlu kuatir atas segala sesuatu, dan juga diajar agar kita menyatakan maksud dan rencana kita kepada Tuhan, dan biarlah kehendak Tuhan yang jadi.

Alkitab berkata dalam Roma 3:23, ” Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Sehingga dalam hal ini manusia bukanlah mahluk yang sempurna yang dapat menolong dirinya sendiri, karena sudah berdosa. Manusia membutuhkan juruselamat agar manusia menjadi sempurna seperti Yesus Kristus.

Dengan tegas Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 12:9-10, ”Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. Dan di dalam 2 Korintus 13:4-5, Paulus juga berkata : ”Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah. Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji”. Hal ini jelas bahwa kita menjadi kuat pada saat kita lemah, karena disitulah karya Kristus yang diam di dalam kita bekerja. Kekuatan kita bukanlah terletak pada kekuatan pikiran kita, tapi terletak pada Kuasa Kristus yang diam di dalam kita.

KESIMPULAN

Dari uraian-uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa Bepikir Positif yang diajarkan oleh Pelatihan Pengembangan Diri, bukanlah ajaran Kristus. Namun sebaliknya hal ini adalah suatu pengajaran dari Gerakan Zaman Baru yang berusaha untuk menyimpangkan iman Kristen dari ajaran Kristus yang sebenarnya, agar umat Kristen tidak lagi mengandalkan Tuhan, tapi mengandalkan dirinya sendiri yaitu kekuatan pikiran (mind power/ anthroposentris).

Bahwa kekuatan umat Kristen bukanlah terletak pada kekuatan pikiran dengan berpikir positif, tetapi kekuatan umat Tuhan terletak pada Kristus yang diam di dalam kita, yang telah mengubahkan kita menjadi sempurna adanya di dalam Kristus Yesus. Kita harus menaruh harapan dan masa depan kita kepada Tuhan (Theosentris). Terpujilah nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Read more...

KONSEP MURID MENURUT MATIUS

PENDAHULUAN

Injil Matius adalah Injil yang mempunyai ciri keyahudian. Meskipun sifat dari injil ini sangat berciri keyahudian, namun ia juga ditulis bagi kepentingan umat kafir, karena dalam Matitus 28:19-20, adalah perintah terakhir Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya.

Ada hal menarik yang dapat ditelusuri dalam penulisan Injil Matius mengenai murid. Dari beberapa ayat dan perikop yang diambil contoh untuk dianalisa, ternyata Matius menyampaikan sebuah pesan akan adanya konsep mengenai murid-murid Tuhan Yesus yang berbeda dengan Injil sinopsis lainnya. Seperti apakah konsep murid yang disampaikan oleh Matius? Apakah Matius menguraikan konsep murid yang diidentikkan dengan seorang pekerja? Di dalam tulisan ini akan diuraikan hal-hal yang mendukung hipotesa mengenai konsep murid yang disampaikan oleh Injil Matius.

URAIAN

Dalam menjelaskan hal-hal yang mendukung konsep murid menurut Matius ini, telah dilakukan perbandingan antara Injil Matius dengan Injil Markus. Diambil beberapa perikop dan ayat yang mempunyai kata-kata ”murid” dan juga ”nama-nama murid”, baik dari Injil Matius maupun Injil Markus. Ayat dan perikop yang sama membahas mengenai ”murid” dibandingkan dan diuraikan serta disimpulkan. Kemudian ayat dan perikop mengenai ”murid” yang ada di Injil Matius tetapi tidak ada di Injil Markus dan sebaliknya ayat dan perikop mengenai ”murid” yang ada di Injil Markus tapi di Injil Matius tidak ada, dianalisa.

Hasilnya ditemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat mendukung bahwa Matius mengidentikkan murid dalam tulisannya sebagai pekerja yaitu :
1. Dipanggil menjadi pekerja (Matius 4:18-22)
2. Tuaian banyak, Pekerja sedikit (Matius 9:35-39)
3. Pekerja Diutus (Matius 10:5-15 ; Matius 28:18-20)
4. Upah Pekerja (Matius 10:41-42 ; Matius 19: 27-30)
5. Hari Kerja ( Matius 12:1)
6. Seorang Pekerja harus bayar pajak (Matius 17:24-27)
7. Seorang Pekerja harus melayani (Matius 20:25-28)
8. Seorang Pekerja harus merencanakan (Matius 26:17-20)
9. Perumpamaan (Matius 13:36-43 ; Matius 13:47-52)
10. Istirahat (Matius 26:45-46)

1. DIPANGGIL MENJADI PEKERJA

Pada bagian pertama dari Injil Matius, dapat dilihat bagaimana Yesus memulai pelayanan-Nya dan berjalan menyusur danau Galilea dan melihat dua orang bersaudara yaitu Simon yang disebut Petrus dan saudaranya Andreas sedang menjala ikan. Yesus mengajak mereka dengan berkata: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” dan mereka bersedia mengikut Yesus. Demikian juga murid lainnya yaitu Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus, mengikut Yesus ketika Yesus mengajak untuk bekerja bersama-Nya. (Matius 4: 18-22). Disini para murid menerima tawaran Yesus untuk menjadikan mereka menjadi pekerja-Nya yaitu sebagai PENJALA MANUSIA. Yesus menghubungkan pekerjaan yang ditawarkan kepada murid-murid yaitu sebagai penjala manusia yang identik dengan pekerjaan mereka sehari-hari yaitu sebagai nelayan, sehingga murid dapat lebih mengerti posisi mereka sebagai pengikut Yesus.

Kemudian pada Matius 9: 9 Yesus juga mengajak Matius, seorang pemungut cukai untuk menjadi pekerja-Nya dan Matius mau. Walaupun Matius sebagai seorang pemungut cukai dianggap orang sebagai seorang yang berdosa, namun Yesus menyampaikan alasannya bahwa Dia datang bukan memanggil orang benar melainkan orang berdosa untuk dijadikan sebagai pekerja-Nya. Jadi syarat yang diajukan oleh Yesus adalah bukan orang benar, tapi orang berdosa yang mau untuk mengikut Dia.

2. TUAIAN BANYAK, PEKERJA SEDIKIT

Pada bagian lain Matius menjabarkan tentang perbuatan Yesus yang berkeliling ke semua kota dan desa dan mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta meleyapkan segala penyakit dan kelemahan. Banyak orang yang datang kepada-Nya untuk minta kesembuhan dan minta dilayani, namun orang banyak tersebut tidak dapat dilayani dengan baik karena banyak yang terlantar dan kelelahan seperti domba yang tidak bergembala. Hal ini disebabkan karena pekerja-Nya sedikit sedangkan tuaian yang akan dituai itu sangat banyak. Maka kata Yesus kepada murid-murid-Nya: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”. (Matius 9:35-38). Matius dalam tulisannya mengatakan bahwa Yesus memerlukan pekerja-pekerja yang lebih banyak lagi untuk membantu Dia untuk melayani orang lebih banyak lagi. Namun pada saat itu, seditkit saja yang terpanggil untuk ikut bergabung bekerja bersama dengan Yesus.

3. PEKERJA DIUTUS

Pada Matius 10: 5-10, Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk memulai sebuah pekerjaan yang baru. Yesus berkata : "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”

Matius mengambarkan murid-murid Yesus sebagai pekerja yang harus pergi dan melakukan tugas yang harus dilaksanakan yaitu :
• Pergi mengurus domba-domba yang hilang
• Memberitakan Kerajaan Sorga telah dekat
• Menyembuhkan orang sakit
• Membangkitkan orang mati
• Mentahirkan orang kusta
• Mengusir setan-setan
Dalam melakukan semua itu, Yesus mengatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat upahnya, sehingga tidak perlu membawa bekal dalam perjalanan. (Matius 10:10)

Dalam Matius 28:18-20, ditegaskan kembali pengutusan para pekerja ini yang dikatakan oleh Yesus sebelum naik ke Sorga yaitu yang disebut amanat agung. Yesus berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pada akhir kehidupan Yesus di bumi, sebelum Dia naik ke sorga, Yesus menegaskan bahwa pekerjaan yang harus dilakukan oleh murid-murid yaitu :
• Pergi memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus
• Membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
• Mengajar segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh Yesus

4. UPAH PEKERJA

Seorang pekerja patut mendapat upahnya. Kalau di dalam dunia sekuler, orang yang bekerja akan mendapatkan upah dalam bentuk uang dan karir. Kalau seorang bekerja pada sebuah perusahaan, maka akan diperoleh gaji, bonus dan tunjangan-tunjangan. Dan apabila kinerjanya baik, maka perusahaan akan menghargainya dengan karir yang baik dan menanjak. Demikian pula dalam hal kerajaan sorga. Para murid yang dalam injil Matius digambarkan sebagai seorang pekerja patut mendapat upah. Dalam Matius 10:41-42, disampaikan bahwa barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi dan barangsiapa menyambut orang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya daripadanya. Upah mengikut Yesus ada pada Matius 19:29 yaitu :
a. Menerima upah seratus kali lipat
b. Memperoleh hidup kekal

5. HARI KERJA

Dalam dunia sekuler, bekerja hanya 5 hari dalam seminggu dengan jam kerja sebanyak 8 jam sehari. Lewat batas yang ditentukan, maka pekerja akan dianggap bekerja lembur. Namun tidak demikian halnya dengan orang yang bekerja dalam hal rohani. Dalam injil Matius, diceritakan bagaimana murid-murid bekerja pada hari Sabat, dan mungkin juga hari-hari lainnya tak kenal lelah. Murid-murid diceritakan memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat, hal mana sangat bertentangan dengan ajaran orang Yahudi dan mencela perbuatan tersebut. Namun Yesus membela murid-murid dengan mengatakan bahwa yang dikehendaki-Nya adalah belas kasihan dan bukan persembahan. Dan Dia berkuasa atas hari Sabat. Disini dapat disimpulkan bahwa murid-murid yang adalah pekerja Tuhan, harus melayani Tuhan kapan saja setiap saat dan dimana saja termasuk pada hari Sabat.

6. SEORANG PEKERJA HARUS BAYAR PAJAK

Injil Matius menceritakan bagaimana sikap seorang pekerja terhadap pemerintah yang memungut pajak. Menurut pemungut pajak, Yesus dan murid-murid-Nya harus membayar pajak. Namun menurut murid-Nya yang bernama Petrus, bahwa yang membayar pajak adalah dari orang asing dan bukan dari rakyat. Dan Yesus membenarkan hal tersebut. Namun sebagai Tuan yang baik yang memberikan pekerjaan kepada murid-murid, Dia menganjurkan agar pajak kepada pemerintah dibayarkan, baik pajak Pemberi Kerja (Yesus) maupun pajak pekerja yaitu pajak murid-murid, sehingga hal itu tidak menjadi batu sandungan dan menjadi bahan omongan.

7. SEORANG PEKERJA HARUS MELAYANI

Seorang pekerja agar menjadi besar harus dapat melayani. Yesus mengatakan dalam Matius 20:25-28 : ”Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Seorang pekerja tidak akan dipakai oleh tuannya apabila mereka tidak mau melayani, dan tidak mau bekerja. Bekerja dimulai dari hal-hal kecil, dan tuannya akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar apabila pekerja dapat dipercaya.

8. SEORANG PEKERJA HARUS MERENCANAKAN

Dalam hal melakukan tugasnya, seorang pekerja harus melakukan perencanaan lebih dahulu untuk menentukan hal-hal apa yang akan dilakukan yang dapat menggembirakan tuannya. Rencana diperlukan agar dapat dicapai hasil yang maksimal. Demikian juga penggambaran dari Matius terhadap murid-murid Yesus. Mereka merencanakan apa yang akan dilakukan dan mereka bertanya kepada tuannya apa yang akan dilakukan sehingga pekerjaan yang dilakukan jangan sembarangan dilakukan.

Dalam Matius 26:17-19 diceritakan : ”Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.”

Dalam hal ini murid-murid telah merencanakan dan melakukan seperti apa yang diperlukan oleh tuannya. Murid-murid digambarkan sebagai pekerja yang selalu siap untuk melakukan apa saja dan digambarkan mempunyai insiatif untuk bertanya kepada yang memberi pekerjaan.

9. PERUMPAMAAN

Matius menceritakan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Perumpamaan yang digambarkan oleh Matius sangat mendukung konsep murid yang menggambarkan murid sebagai pekerja yaitu penjelasan perumpamaan tentang Lalang Diantara Gandum (Matius 13:36-43)dan perumpamaan tentang Pukat (Matius 13:47-52). Pada Matius 13:10, murid-murid datang kepada-Nya dan bertanya : "Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).

a. Penjelasan Perumpamaan Tentang Lalang Diantara Gandum
Matius menggambarkan suatu perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus mengenai Seorang Penabur. Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Tujuan Yesus menyampaikan suatu perumpamaan agar para pendengar dapat memahami dengan baik, namun kenyataaannya dalam hal perumpamaan tentang Penabur, murid-murid tidak memperoleh pemahaman yang jelas. Maka pada Matius 13:36 setelah mereka pulang, murid-murid bertanya kepada Yesus : ”Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.”

Menurut Matius, setelah murid-murid Yesus menanyakan penjelasan dari perumpamaan tentang penabur tersebut, maka Yesus memberikan penjelasan dalam bentuk paradigma yang dapat dibaca sebagai berikut:
1. "Orang yang menabur benih yang baik : adalah Anak Manusia,
2. ladang : adalah dunia,
3. benih yang baik : adalah anak-anak Kerajaan
4. lalang : adalah anak-anak si jahat
5. musuh yang menaburkan benih lalang : adalah iblis
6. Waktu menuai : adalah akhir zaman,
7. para penuai : adalah malaikat"
Meskipun perumpamaan ini diberikan oleh Yesus, tetapi komposisi penjelasannya adalah tulisan Matius. Matius mengambil pengajaran Yesus dan menyusun kata-katanya di dalam sebuah daftar yang terdiri atas tujuh konsep yaitu konsep seorang pekerja yang tertuang dalam diri seorang Penabur (seorang Petani). Penabur bekerja setiap hari yang dimulai dari menabur benih yang baik.

Matius menggambarkan perumpamaan tentang lalang diantara gandum memberikan gambaran bahwa murid-murid-Nya akan bekerja seperti itu, yaitu menabur seperti yang dilakukan Anak Manusia. Penabur yang merupakan seorang petani dengan benih di tangan akan bekerja untuk menabur benih yaitu benih yang baik dengan harapan akan memperoleh hasil panen yang baik. Penabur atau Petani memerlukan kesabaran untuk menanti hasil yang diharapkan.

b. Perumpamaan Tentang Pukat
Perumpamaan tentang pukat hanya ditulis di dalam Injil Matius. Perumpamaan tentang pukat ini merupakan perumpamaan yang sama dengan perumpamaan tentang lalang dan gandum dimana maksud dari keduanya difokuskan pada hari penghakiman. Tetapi terdapat perbedaan yang penting dari kedua perumpamaan tersebut. Yesus menekankan masalah kesabaran di dalam perumpamaan tentang lalang namun masalah kesabaran ini tidak ada di dalam perumpamaan tentang pukat.

Perumpamaan tentang lalang jauh lebih deskriptif daripada perumpamaan tentang pukat. Perumpamaan tentang lalang menyebutkan petani, hamba-hamba, dan para penuai, tetapi di dalam perumpamaan tentang pukat ini hanya nelayan dan pekerja-pekerjanya yang dijelaskan. Sesudah petani menanami tanahnya, lalang ditaburkan ke ladang, sementara itu di danau Galilea ikan yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan bercampur menjadi satu. Perumpamaan lalang menjelaskan kondisi ladang pada waktu sekarang dan panen sebagai peristiwa yang terjadi di masa yang akan datang. Sebaliknya, perumpamaan tentang pukat menggambarkan pemisahan ikan berkenaan dengan waktu sekarang.

Pekerjaan murid-murid Yesus sebagian besar adalah sebagai nelayan daripada sebagai pedagang, mereka telah meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikut Yesus dan menjadi penjala manusia. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan tentang pukat ini kepada mereka, mereka memahami setiap nuansa dari ceritanya. Yesus menyinggung mata pencaharian mereka sebelumnya.

Matius menceritakan perumpamaan Yesus mengenai Pukat ini, bahwa Kerajaan Sorga itu seumpama Pukat. Pukat adalah alat untuk menangkap ikan berupa jala yang tinggi jala kira-kira dua meter dan panjangnya lebih dari seratus meter. Bagian atas jala ditahan oleh beberapa pelampung, dan bagian bawahnya diberi beban. Kadang-kadang nelayan mengikat salah satu ujung jala di pantai sementara sebuah perahu menarik ujung yang lain menuju ke danau, berlayar sekitar setengah lingkaran dan membawa jala tersebut kembali lagi ke pantai. Pada saat yang lain dua perahu keluar dari pantai, membentuk setengah lingkaran dengan jala, menarik jala secara bersama-sama untuk menangkap ikan dan mengumpulkan ikan-ikannya ke dalam perahu. Untuk menggunakan pukat dibutuhkan kerja sama dari enam orang atau lebih. Sementara beberapa orang mendayung, yang lain menghalau jala atau menarik jala, dan yang lainnya lagi memukul air supaya ikannya masuk ke jala. Nelayan-nelayan yang berpengalaman akan mencoba menemukan tempat yang banyak ikannya sebelum menebarkan jala.

Murid-murid yang digambarkan sebagai nelayan atau Penjala Manusia, harus bekerja untuk menebarkan pukatnya di danau untuk mendapatkan ikan. Dan sekali jala ditebarkan, nelayan-nelayan tersebut akan menarik semua ikan yang masuk ke dalam jala. Semua yang tertangkap selalu bercampur menjadi satu, karena tentu saja mereka tidak dapat bersikap selektif sementara mereka menangkap ikan.

Yesus menggunakan perumpamaan tentang pukat untuk menggambarkan hari penghakiman. Dia berbicara kepada murid-murid-Nya yang mengenal bagaimana menangkap dan menyortir ikan. Dia berbicara dengan bahasa mereka sehingga bisa mengkomunikasikan sebuah kebenaran rohani secara efektif. Dan karena itu Yesus memberikan penafsiran yang singkat tentang perumpamaan ini. "Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi" (Matius 13:49-50)

10. ISTIRAHAT

Pada Matius 26:45-46, digambarkan situasi sebagai berikut: ”Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.".
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa murid-murid yang setelah bekerja seharian bersama dengan Tuannya yaitu Yesus, merasa kelelahan dan akhirnya tertidur ketika tuannya sedang berdoa. Menyadari hal ini Tuannya berkata kepada mereka supaya tidur dan beristirahat. Selanjutnya murid-murid dibangunkan kembali karena harus melakukan pekerjaan yang sudah menunggu di depan mereka.

KESIMPULAN

Dari seluruh pemaparan yang diberikan diatas dapatlah disimpulkan bahwa Injil Matius mempunyai konsep murid yang mengindentikkan murid-murid Yesus sebagai seorang pekerja. Adapun hal yang mendukung konsep tersebut adalah karena mereka dipanggil menjadi pekerja (Matius 4:18-22), terdapat begitu banyak tuaian namun pekerja sedikit (Matius 9:35-39), setelah para pekerja ini dipilih, mereka diutus (Matius 10:5-15 ; Matius 28:18-20), sebagai seorang pekerja mereka mendapat upah yaitu upah yang berlipat kali ganda dan hidup yang kekal (Matius 10:41-42 ; Matius 19: 27-30).

Seorang pekerja mempunyai hari kerja ( Matius 12:1), dan dari hasil pekerjaannya seorang Pekerja harus bayar pajak (Matius 17:24-27), seorang Pekerja harus melayani agar menjadi besar (Matius 20:25-28), seorang Pekerja harus merencanakan apa yang harus dilakukannya (Matius 26:17-20).

Dalam mendukung konsep ini juga, Injil Matius memaparkan perumpamaan-perumpamaan yang sangat dekat sekali dengan kehidupan para murid-murid yang sebagian besar merupakan nelayan. Perumpamaan tentang Penabur dan penjelasanannya (Matius 13:36-43) dan perumpamaan tentang Pukat (Matius 13:47-52) adalah hal yang tepat menggambarkan konsep pekerja ini. Setelah para pekerja bekerja seharian, para pekerja patut diberikan istirahat agar dapat memiliki kesegaran untuk memulai pekerjaan yang baru baru keesokan harinya (Matius 26:45-46)

Read more...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP