Selasa, 28 April 2009

DOKTRIN KESELAMATAN

A. Perlengkapan Keselamatan
1. Kasih Karunia
Dalam bahasa Grika, kasih karunia adalah "Charis" yang berarti pemberian yang dilakukan dengan bebas tanpa adanya tuntutan atau harapan pengembalian. Dalam bahasa Latin adalah "gratia" (kata benda), "gratis" (kata sifat). Kasih karunia adalah anugerah yang tak selayaknya diterima, yang tak semestinya dan yang tak sepantasnya dianugerahkan kepada orang berdosa. Anugerah itu tidak seharusnya diterima karena manusia seharusnya mendapat murka Allah (Roma 9:22), tidak sepantasnya diterima karena manusia tak dapat menerimanya dengan bekerja (Efesus 2:1-9; Titus 3:4-7), dan tidak pada tempatnya diterima karena pada manusia tak ada sesuatu yang pantas untuk menerimanya (Roma 2:23-25).
Menurut W.E. Vine bahwa di pihak pemberi, dalam kasih karunia adalah kecenderungan yang bersahabat yang memunculkan tindakan yang baik hati, yang berkemurahan, penuh kasih setia, yang berkemauan baik secara umum. Dalam hal ini ada penekanan pada kebebasan dan universal serta sifatnya yang spontan, seperti misalnya dalam kemurahan penebusan oleh Allah serta kesukaan atau kesenangan yang direncanakan bagi penerima. Oleh sebab itu kasih karunia bertentangan dengan hutang (Roma 4:4,16), dengan pekerjaan (Roma 11:6), dengan Taurat (Yohanes 1:7). Di pihak penerima ada perasaan dikasihi, perasaan berterima kasih (1 Timotius 1:12).
Bila diaplikasikan pada keselamatan, kasih karunia berarti bahwa apa yang dituntut Allah yang kudus dan benar pada kita, telah disediakan olehnya sendiri. Keselamatan orang berdosa adalah pada standar absolut dari kebenaran Allah dan kasih karunia Allah telah mengadakan kebenaran yang dikehendaki dan dituntut olehNya. "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka." (2 Korintus 5:19).
Kasih karunia berasal dari hati Allah Bapa (Roma 1:5,7), mengalir pada kita melalui Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 1:17). Orang percaya dibenarkan oleh kasih karunia (Roma 3:24), diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dan bukan oleh pekerjaan (Efesus 1:6,7; 2:5,8). Roh Kudus adalah Roh kasih karunia (Ibrani 10:29) dan orang percaya tidak boleh menggagalkan kasih karunia Allah dalam hidupnya (Galatia 2:21; Ibrani 12:25).
Jadi manusia telah jatuh dalam dosa, tak dapat menyelamatkan diri sendiri. Manusia tak dapat membayar supaya ia selamat. Tetapi Allah telah menyediakan jalan keselamatan yaitu melalui Yesus Kristus, yang telah lahir, mati, dibangkitkan dan telah naik kembali ke Sorga. Pengadaan keselamatan bagi setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat, tanpa membayar harga keselamatan, itulah kasih karunia Allah. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman dan bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." (Efesus 2:8). Penjelasan atas pemahaman yang keliru tentang kasih karunia.
Ada kalangan yang mengatakan bahwa kasih karunia Allah itu tak dapat dihalang-halangi atau "irresistible grace." Pandangan ini berkaitan dengan keyakinan pemilihan tak bersyarat. Karena seseorang telah dipilih Allah untuk selamat, bagi dia kasih karunia akan datang, tanpa memperhitungkan responsnya kepada panggilan Allah, Sehingga kasih karunia yang menyelamatkan itu tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Pandangan bahwa kasih karunia Allah tak mungkin dihalang-halangi adalah pandangan yang keliru dan perlu dijelaskan kekeliruannya dan kemudian diluruskan.
Kasih karunia Allah adalah Yesus mati untuk menebus manusia. Kristus mati untuk semua manusia (2 Korintus 5:15). Kasih karunia Allah menyelamatkan semua manusia (Titus 2:11). Namun walaupun kasih karunia adalah untuk semua manusia, tetapi tidak semua manusia selamat, karena keselamatan itu bersyarat. Mereka yang menerima Yesus itulah yang selamat (Yohanes 1:12). Yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, yaitu yang menyambut kasih karunia Allah kepadanya. "Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada dibawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yohanes 3:18). Orang yang tidak percaya, itulah orang yang menolak menerima kasih karunia Allah. Dan orang yang menolak kasih karunia Allah bukan karena ia tidak berhak atas kasih karunia Allah, tetapi karena ia menyia-nyiakan kesempatan untuk selamat. Orang yang tidak percaya itu menghalang-halangi kasih karunia Allah yang datang kepadanya. Dengan demikian terbukti bahwa kasih karunia Allah bukannya tak dapat dihalang-halangi.
Di tempat lain kasih karunia digambarkan sebagai sesuatu yang harus dimasuki. Supaya selamat, maka manusia harus masuk dengan iman kedalam kasih karunia. "Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini." (Roma 5:2a). Kasih karunia harus dihampiri dengan keberanian iman. "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).
Jadi ajaran bahwa kasih karunia tidak dapat dihalang-halangi adalah keliru. Manusia yang tidak percaya, tidak mau bertobat, menghalang-halangi kasih karunia Allah. Manusia yang tidak percaya menghalang-halangi dirinya untuk masuk dengan iman ke dalam kasih karunia Allah. Ajaran sehat yaitu bahwa manusia selamat karena kasih karunia Allah saja, yaitu keselamatan sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus dan tersedia dengan cuma-cuma tanpa membayar. Tetapi untuk berada di dalam keselamatan yang tersedia itu harus masuk dengan iman, "supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." (Titus 3:7). Setelah berada di dalam keselamatan di dalam kasih karunia, "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 3:18).
2. Penebusan.
a. Dalam bahasa Ibrani.
1). Gaal, yang berarti menebus saudara, membebaskan, membeli.
2). Padah, yang berarti membebaskan, memelihara.
3). Paraq, yang berarti mematahkan, melepaskan.
4). Kopher, yang berarti harga penebusan, pemuasan, penebusan
b. Dalam bahasa Grika.
1). Lutroo, yang berarti menebus, membayar tebusan.
2). Exagorazo, yang berarti membeli, menebus.
3). Agorazo, yang berarti pergi membeli, menebus.
4). Lutron, yang berarti harga penebusan, penebusan.
5). Antilutron, yang berarti harga tebusan.
c. Definisi. Penebusan (Inggris : redemption) artinya membeli kembali, membayar harganya di pasar. Tindakan membawa kembali dari perbudakan, ketertawanan atau kematian dengan harga yang ditentukan. Tebusan (Inggris : ransom) adalah harga yang dibayar dalam transaksi penebusan, harga yang dibayar untuk melepaskan hamba atau orang yang terjual.
d. Ilustrasi pada orang Israel.
1). Israel sebagai satu bangsa ditebus dengan darah domba Paskah. Darah itulah yang mengadakan penebusan (Keluaran 8:22, 23; 12:1-28).
2). Orang Israel sewaktu-waktu ditebus dengan perak dan emas yang disebut sebagai uang tebusan (Keluaran 30:11-16; Bilangan 3:44-51).
3). Orang Israel mengalami "penebusan saudara, yang meliputi istri, hamba atau warisan yang terjual (Imamat 25; Rut 4; Yeremia 32:6-15).
Penebusan saudara harus memenuhi tiga kualifikasi, yaitu:
a ). Ia mestinya seorang keluarga dekat.
b ). Ia mestinya mau menebus warisan yang hilang atau terjual.
c ). Ia mestinya mampu membayar harga penuh penebusan.
Ini semua membayangkan Tuhan Yesus Kristus, Penebus saudara kita :
a ). Kristus menjadi saudara Penebus kita karena Ia lahir dari perawan (Ibrani 10:5-8).
b ). Kristus mau menebus manusia dari warisan yang tergadai karena dosa (Ibrani 10:5-8).
c ). Kristus sanggup membayar harga tebusan sepenuhnya (Wahyu 5:9; 14:3,4; Galatia 3:13; Titus 2:14; 1 Petrus 1:18-20; Matius 20:28; Efesus 1:7; Kolose 1:14; Roma 3:24, 25).
4). Orang Israel diberikan wahyu nama penebus yaitu Yehovah (Keluaran 3:14, 15; 6:1-6). Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ini digenapi dalam Tuhan Yesus Kristus, Ialah Yehovah Penebus kita.
e. Kristus menebus kita orang berdosa dari pada hamba dari iblis.
1). Ialah Saudara Penebus kita (Wahyu 5:9,10; Roma 3:24).
2). Ia menebus kita dari segala kejahatan (Titus 2:13, 14; Mazmur 130:8).
3). Ia menebus kita dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13; 4:5).
4.). Ia menebus kita dari kerajaan gelap (Kolose 1:13, 14).
5). Ia menebus kita dari yang jahat, dari belenggu (Keluaran 6:6; Ulangan 15:15; Kejadian 48:16; 1 Raja-raja 1:29; 2 Samuel 4:9).
6). Ia menebus kita dari maut dan neraka. Penebusan terakhir nanti untuk tubuh kita (Roma 8;22, 23; Filipi 3:20, 21; 1 Korintus 15:52; Efesus 1:14; 4:30, Ayub 19:25-27; Hosea 13:14; Mazmur 49:15).
7). Ia akan membalas kepada musuh kita dan musuhNya sebagai pembalas darah. Setan akan berada dibawah penghukuman akhir dan Ia sebagai Saudara Penebus akan membalaskan darah orang-orang kudusNya (Mazmur 106:10; 107:2; Yeremia 15:21; Mazmur 136:24; Wahyu 6:9-11; 16:4-7).
Jadi dalam penebusan kita melihat bahwa Kristus telah menyerahkan hidupNya dalam korban penebusan dibawah penghakiman Allah atas dosa dan dengan demikian mengadakan penebusan, dan siapa yang menerima Dia berdasarkan hal ini menerima kelepasan dari hukuman karena dosa. Karya penebusan oleh Kristus selain meliputi masa lampau, juga untuk masa kini dan waktu yang akan datang.
3. Pendamaian
a. Arti Kata
1). Dalam bahasa Ibrani, Kaphar, artinya menutupi, mendamaikan, membersihkan, memperbaiki, berkemurahan, mengampuni. Inggris = atonement.
2). Dalam bahasa Grika, Katallage, artinya mengganti, merestorasi (kepada kehendak Allah, mendamaikan, merekonsiliasi. (Atonement).
3). Dalam bahasa Grika, Hilasmos artinya pendamaian, perdamaian, permufakatan (propitiation).
4) Dalam bahasa Grika, Hilasterion, artinya penghapusan, korban pendamaian (Inggris = propitiation), tutup pendamaian tabut (Mercyseat).
b. Definisi dan Penjelasan
Pendamaian berarti menutupi, menebus, memuaskan, membersihkan, mengampuni, berkemurahan, menentramkan, merekonsiliasi.
Kebenaran Allah berhadapan dengan keberdosaan manusia, menyebabkan murka Ilahi. Murka ini perlu diredakan. Kematian Kristus adalah pemuasan murka itu. Dalam kematian Kristus itulah hukuman atas pelanggaran hukum dilaksanakan, sebab upah dosa adalah maut. Dengan kematian Kristus hukum telah dipuaskan dan kebenaran ditegakkan. Itulah pendamaian.
c. Ilustrasi di Perjanjian Lama
1). Pendamaian Harian
Korban harian yang teratur di Tabernakel yang dipersembahkan sebagai korban pendamaian adalah korban yang menghasilkan penghapusan dosa. Berdasarkan korban-korban inilah Allah menerima orang Israel, baik pribadi maupun sebagai bangsa dan Allah memperkenankan mereka.
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
a. Harun dan anak-anaknya dikuduskan untuk keimanan dengan jalan korban pendamaian (Keluaran 29:33-45; Imamat 8:34).
b. Mezbah tembaga dipersembahkan korban-korban pendamaian (Keluaran 29:36-37).
c. Musa mengadakan pendamaian untuk dosa Israel karena penyembahan berhala dalam pembuatan anak lembu emas (Keluaran 32:30).
d. Orang Israel didamaikan di dalam korban-korban yang ditentukan (Imamat 1:4; 4:20,26,31,35; 5:6,16,18; 6:7; 7:7; 12:7,8).
e. Harun mengadakan pendamaian untuk dirinya dan bangsa Israel (Imamat 9:7).
f. Orang kusta yang didamaikan sebelum dibawa ke kemah orang Israel (Imamat 14:18-31,53).
2). Hari Pendamaian
Di samping korban pendamaian harian secara teratur dan penumpahan darah, ada juga pendamaian tahunan. Hari ini adalah Hari Pendamaian. Ini adalah hari yang paling hikmat dalam sejarah nasional, dan yang terjadi pada hari ini memberikan kepada kita ilustrasi yang paling kaya mengenai arti yang sebenarnya dari pendamaian. Seluk-beluknya diliput secara penuh di Imamat 16; 23:26-32; Keluaran 30:1-10 dan Bilangan 29:7,14). Pada hari itu saja, Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dirinya sendiri, seluruh bangsa dan tempat kudus. Hari ini juga yang ditunjuk sebagai "pemulihan tempat kudus" (Daniel 8:14, 14). Pada hari ini saja, Imam Besar ke dalam tirai, ke dalam Bilik Maha Kudus, dengan memercikkan darah pendamaian yang telah ditumpahkan di mezbah tembaga di atas tutup pendamaian, penutup Tabut Perjanjian.
Sesungguhnya inilah yang merupakan pendamaian. Darah ditutup pendamaian itulah yang merupakan pemuasan, pembersihan, pengampunan, penghapusan, pendamaian, rekonsiliasi. Inilah yang mengungkapkan Allah yang berkemurahan dan yang mengampuni.
d. Ilustrasi di Perjanjian Baru
Perjanjian Baru secara jelas mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama membayangkan karya pendamaian Kristus. Penulis Ibrani terutama menangani korban-korban pendamaian dan menekankan upacara Hari Pendamaian. Yesus Kristus adalah imam dan korban yang menggenapi di dalam diriNya upacara Hari Pendamaian.
Ia mempersembahkan korban di salib Kalvari, mezbah korban Perjanjian Baru. TubuhNya dihancurkan dan darahNya ditumpahkan disana. Waktu kenaikanNya, Ia masuk ke dalam tirai Sorgawi dan tempat kudus yang sebenarnya. Disanalah Ia mempersembahkan diriNya dan darahNya di tahta Allah, tabut perjanjian dari Perjanjian Baru. Ia sendiri juga sebagai tutup pendamaian (Ibrani 6:19-20; Matius 27:51; Ibrani 9:1-28; 10:5-22; 13:11-15,20; Wahyu 1:18; 1:5).
Akibat dari karya Pendamaian Kristus :
1. Dosa orang percaya disucikan, bukan hanya ditutupi (1 Yohanes 1:5-7)
2. Orang percaya diterima Allah dalam kebenaran Kristus (2 Korintus 5:19-21)
3. Murka Allah dipuaskan, Ia ditentramkan, hukumNya dipertahankan (Roma 1:18; 2:5; 5:9)
4. Allah berkemurahan, berdamai dengan manusia berdosa (Lukas 18:13; Ibrani 9:5; 1 Yohanes 2:2; 4:10; Roma 3:25)
5. Rekonsiliasi telah terjadi, Allah dan manusia dapat berhadapan (Ibrani 2:17)
6. Orang percaya mempunyai tutup pendamaian yang terpercik darah di tahta Allah, dengan itu ia dapat mendekati Allah (Roma 3:25; Ibrani 4:16)
7. Kristus adalah Imam Besar Agung kita dan hidup dalam kuasa dari kehidupan yang tak berakhir (Ibrani 7:16)
8. Darah Yesus selalu tersedia untuk menyucikan sampai orang percaya dibawa kepada keadaan sempurna tanpa dosa (1 Yohanes 1:5-7; Wahyu 12:11; Ibrani 7:11)
4. Pemilihan oleh Allah
Dengan pemilihan kita maksudkan tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah, yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan mereka yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Dia.
Kata Ibrani, Bawkheer berarti menyeleksi, memilih, orang pilihan (2 Samuel 21:6; Mazmur 89:3; 105:6; Yesaya 42:1, 43:20).
Kata Grika untuk memilih ialah Eklectos berarti terpilih, dipilih oleh Allah (1 Petrus 2:4,9; Wahyu 17:14; Roma 8:33; Kolose 3:12; Titus 1:1). Kata benda, pemilihan adalah Ekloge, yang berarti seleksi, pemilihan, tindakan pemilihan, orang yang terpilih (Roma 9:11; 11:5,7,28; 2 Petrus 1:10; Kisah 9:15).
a. Siapakah orang pilihan ?
1). Kristus adalah pilihan Allah (Lukas 23:35; 1 Petrus 2:4,6; Yesaya 42:1).
2). Malaikat-malaikat adalah pilihan Allah, yaitu malaikat-malaikat yang tidak jatuh bersama setan (1 Timotius 5:21).
3). Israel di Perjanjian Lama adalah bangsa pilihan (Roma 9:4; Yesaya 45:4; Roma 11:28; Ulangan 7:6).
4). Musa dan Harun adalah pilihan Allah (Mazmur 106:23).
5). Imam-imam juga dipilih sebagai pilihan Allah (Ulangan 21:5), namun banyak yang mati dalam dosa mereka.
6). Raja-raja juga dipilih, seperti Daud dan Saul, namun Saul mati di dalam dosanya (Mazmur 13:3; 1 Samuel 16:12; 20:30; 1 Tawarikh 28:5).
7). Nabi-nabi dipilih, namun ada nabi-nabi palsu juga (Yeremia 1:5; Wahyu 2:14).
8). Rasul-rasul dipilih Tuhan (Lukas 6:13; Kisah 9:15; 13:17; Kisah 1:2,24; 24:4; Yohanes 6:71). Tetapi ada juga rasul yang jatuh, seperti Yudas.
9). Gereja sekarang adalah pilihan Allah (Matius 20:16; 22:14; 24:22,31; Markus 13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28; 13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28; Efesus 1:4; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:2; 2:9; 2 Petrus 1:10; Wahyu 17:14).
b. Aspek-aspek pemilihan.
Menurut Firman Allah ada 2 aspek utama pemilihan yaitu :
1). Pemilihan waktu tertentu
Ini adalah pemilihan untuk maksud sementara, bersifat positif atau negatif. Ini menunjukkan pemilihan Allah atas individu atau bangsa untuk menggenapi maksudNya. Contoh : Firaun, Musa, Koresy, Paulus, Israel, Asiria, Babilon.
2). Pemilihan kekekalan
Yang dimaksud adalah pemilihan yaitu meliputi tujuan yang kekal, berdasarkan kasih karunia. Bila berbicara mengenai pemilihan dalam hubungan dengan rencana keselamatan, pemilihan adalah tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Dia.
c. Pemilihan dan Pengetahuan sebelumnya
Pemilihan secara pokok didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah. Allah memilih mereka yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Kristus. Kata Grika untuk "mengetahui sebelumnya" adalah "proginosko" dan berarti mengetahui sebelumnya. Kata Grika untuk "pengetahuan sebelumnya" adalah "prognosis" dan berarti pengetahuan sebelumnya. Kedua kata ini digunakan dalam kaitan dengan pengetahuan Ilahi, yang menunjukkan kemampuan Allah untuk mengetahui secara sempurna waktu yang akan datang. Firman Allah menyatakan bahwa pekerjaan Allah diketahui olehNya sejak permulaan (Kisah 15:18).
1). Kristus diketahui sebelumnya dan ditentukan sebelumnya untuk mati (Kisah 2:33; 1 Petrus 1:20).
2). Israel diketahui sebelumnya sebagai umat Allah di dunia (Roma 11:12).
3). Gereja juga diketahui sebelumnya (Roma 8:29,30; 1 Petrus 1:1,2).
Allah mengetahui sebelumnya siapa yang akan menjawab tawaranNya akan keselamatan di dalam Kristus, dan siapa yang menjawab pada tuduhan oleh Roh Kudus. Kata lain yang berhubungan adalah "melihat sebelumnya", "memilih sebelumnya" (Inggris: fore or dain) seperti yang digunakan di 1 Petrus 1:20. Jadi karena Allah mengetahui sebelumnya segala sesuatu, karena Ia melihat sebelumnya, oleh sebab itu Ia dapat mengetahui sebelumnya dan menentukan sebelumnya, yang akan dibicarakan di bawah ini.
Menyatakan sebelumnya menunjuk pada nubuat, dan nubuat bukan penentuan sebelumnya (predestinasi) tetapi pengetahuan sebelumnya. Karena Allah mengetahui sebelumnya dan melihat sebelumnya, Ia juga mengatakan sebelumnya melalui nabi-nabi apa yang akan terjadi. Jadi, pemilihan didasarkan pada pengetahuan sebelumnya.
d. Syarat untuk pemilihan
Ada kalangan tertentu yang menyatakan bahwa dalam pemilihan oleh Allah tak ada syarat yang dipenuhi (Inggris : unconditional election). Pendapat ini sebenarnya keliru. Allah memilih dari kekekalan siapa-siapa yang akan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Menerima Yesus sebagai Juruselamat, yaitu beriman dan bertobat, itulah syarat yang akan terpenuhi, dan syarat yang terpenuhi itulah yang menyebabkan Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Orang-orang tertentu yang terpilih sejak di kekekalan akan menjadi anak-anak Allah, karena mereka memenuhi syarat yaitu nanti akan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Realisasi dari pengetahuan sebelumnya (foreknow; proginosko) oleh Allah kepaa seseorang terjadi setelah ia percaya dan bertobat, dan sesudah itulah ia benar-benar menjadi orang pilihan. Apa yang di kekekalan masih merupakan pengetahuan sebelumnya atau pemilihan sebelumnya oleh Allah, terealisasi kepada seseorang saat ia percaya dan bertobat dan dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak Allah. Baru saat itulah ia benar-benar menjadi orang pilihan, yaitu saat ia memenuhi syarat yaitu percaya dan bertobat. Jadi ajaran bahwa pemilihan itu tanpa syarat adalah keliru dan tidak Alkitabiah.
5. Penentuan sebelumnya oleh Allah
Kata bahasa Inggris "predestinate" artinya menentukan sebelumnya, bahasa Grika - Proorizo yang artinya menandai sebelumnya suatu garis batas, menentukan sebelumnya, memutuskan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya, predestinasi digunakan untuk penentuan sebelum sesuatu terjadi, dan bersama dengan itu ada pengertian, ada kuasa untuk menjadikan penentuan sebelumnya itu terjadi. Jadi ini adalah tindakan kehendak yang hanya dapat disifatkan kepada Allah sendiri. Kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan sebelumnya adalah mengenai pengetahuan sebelumnya bahwa hal-hal tertentu akan terjadi, sedang predestinasi adalah pengaturan dan penentuan sebelumnya bagaimana hal-hal tertentu akan terjadi. Pengetahuan sebelumnya mendahului penentuan sebelumnya (predestinasi). Pengetahuan sebelumnya bukan berasal dari pemilihan atau predestinasi. Pemilihan dan predestinasi didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dari Allah. Walau pemilihan dan predestinasi berjalan bergandengan, tetapi pembedaan mengenai keduanya perlu ditekankan. Pemilihan berarti Allah telah memilih untuk menyelamatkan mereka yang Ia tahu, sebelumnya akan menerima AnakNya. Predestinasi berarti bahwa Allah telah menetapkan sebelumnya bahwa mereka yang akan menerima Yesus akan menjadi anak-anak Allah. Jadi, predestinasi dapat dilihat sebagai : menjadikan pemilihan Allah itu terjadi sementara pemilihan menolah ke pengetahuan sebelumnya, predestinasi melihat ke depan kepada nasib, namun keduanya didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah dan sama sekali tidak memperkosa pilihan manusia berdasarkan kehendak bebasnya. Penjelasan atas ayat-ayat yang berbicara tentang "predestinasi" :
a. Roma 8:29,30
Allah mempredestinasikan (menentukan sebelumnya) bahwa orang-orang yang Ia tahu sebelumnya (Inggris : foreknew) akan menerima Yesus dan percaya kepada-Nya (Yohanes 1:12) akan menjadi sama dengan gambaran AnakNya, dengan kata lain mereka ditentukan menjadi anak-anak Allah. Tetapi penentuan ini bukan untuk sekali selamat tetap selamat, seperti yang diajarkan kalangan tertentu. Penentuan atas predestinasi itu berupa penentuan bahwa mereka yang akan menerima Yesus Kristus nanti, selamat.
b. Efesus 1:5
Dalam kasih Allah telah mempredestinasikan kita (orang-orang percaya) oleh Yesus Kristus (through Jesus Christ - melalui Yesus Kristus - RSV) untuk menjadikan anak-anakNya, dan ini sesuai dengan kerelaan kehendakNya. Jadi dalam perlengkapan keselamatan, Allah telah menyediakan keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan orang-orang yang telah diketahui sebelumnya (ayat 4) akan masuk Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus, mereka itulah yang telah dipredestinasikan menjadi anak-anak Allah. Disini terjawab bahwa predestinasi itu terjamin adil dan benar, karena Allah melakukannya di dalam kasih, dan bahwa predestinasi itu bersyarat, yaitu hanya bagi mereka yang melalui Yesus Kristus (dengan kata lain yang percaya dan bertobat).
6. Panggilan
a. Arti kata dari bahasa Grika
1). Kaleo, artinya memanggil ke dalam kehadiran seseorang, mengundang, memanggil nama.
2). Kletos, artinya terpanggil, terundang.
3). Klesis, artinya memanggil pada, undangan.
4). Proskaleo, artinya memanggil kepada seseorang, mengundang.
b. Definisi
Panggilan adalah tindakan kasih karunia yang dengannya Ia mengundang manusia untuk menerima denan iman keselamatan yang disediakan di dalam Kristus.
c. Yang terlibat dalam panggilan.
Siapa yang dipanggil ? Ia memanggil "barangsiapa", Ia memanggil semua manusia kepadaNya (Matius 11:28; Yohanes 3:15,16; Roma 8:30; Wahyu 22:17; Yesaya 45:22; Matius 28:19,20; Markus 16:15; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9; Matius 22:9). Allah mau menyelamatkan semua manusia.
d. Mengapa Allah memanggil ?
Ia memanggil supaya manusia dapat datang kepada pengetahuan mengenai Dia dengan jalan bertobat dan beriman di dalam AnakNya (Matius 3:2; 4:17; Markus 1:15; Kisah 2:38; 17:30; 2 Petrus 3:9; Yohanes 6:29; Kisah 16:31; 19:4; Roma 10:9,10; Yohanes 3:23).
e. Bagaimana Allah memanggil ?
Allah menggunakan berbagai alat untuk memanggil manusia kepadaNya.
1). Ia menggunakan Firman Injil (Roma 10:17; 2 Tesalonika 2:14).
2). Ia menggunakan pelayanan Roh Kudus untuk menuduh dan meyakinkan tentang kebenaran, dosa dan penghukuman (Yohanes 16:7-11; Kejadian 6:3; Ibrani 3:7-9).
3). Ia menggunakan pelayanan Injil dan orang-orang kudusNya juga (2 Tawarikh 36:15; Yeremia 25:4; Roma 10:14,15).
4). Ia menggunakan bagianNya dalam takdir Ilahi memanggil manusia kepadaNya (Roma 2:4; Yeremia 2:3; Yesaya 26:9; Mazmur 107:6).
f. Penjelasan
Sementara pemilihan oleh Allah terjadi di kekekalan, dengan berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari Allah, panggilanNya sekarang menggema sepanjang abad dari waktu ke waktu dan akan terus menerus menggema sampai masa pertobatan manusia berakhir (Wahyu 2:21).
B. Penerapan - Tanggungjawab Manusia.
Apa yang telah disediakan Allah di dalam Kristus, harus diterima manusia dan diterapkan. Kedaulatan Ilahi dan tanggungjawab manusia harus bertemu bersama-sama di dalam rencana penebusan yang agung itu.
1. Pertobatan
a. Pentingnya pertobatan
1. Nabi-nabi Perjanjian Lama mengkhotbahkan pertobatan kepada bangsa Israel (Yehezkiel 14:6; 18:30-32; Yeremia 8:4-6; Matius 12:41).
2. Berita dan perkataan pertama dari Yohanes adalah panggilan kepada pertobatan, baptisannya adalah baptisan kepada pertobatan (Matius 3:1-8; Kisah 19:4).
3. Kata pertama yang diajarkan Kristus adalah pertobatan (Matius 4:17; 9:13; 11:20-24; 12:41).
4. Rasul-rasul memanggil manusia kepada pertobatan (Markus 6:7-13).
5. Berita pertama dari Petrus pada hari Pantekosta adalah panggilan kepada pertobatan (Kisah 2:37, 38; Lukas 24:49; Kisah 3:19).
6. Paulus juga mengkhotbahkan pertobatan kepada orang Yahudi dan kafir (Kisah 26:20, 21).
7. Prinsip pertama dari doktrin-doktrin yang dicatat adalah pertobatan (Ibrani 6:1,2).
8. Sebelum Kristus naik, Ia mengatakan kepada murid-muridNya untuk mengkhotbahkan pertobatan kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24:49).
9. Pertobatan adalah perintah kepada semua manusia, tanpa itu manusia akan binasa (Kisah 17:30; 2 Petrus 3:9; Lukas 13:3).
b. Arti kata pertobatan
1. Pertobatan dalam bahasa Ibrani.
a. Shuwb, Artinya berbelok dan kembali.
b. Nacham, Artinya aslinya adalah bernafas dengan kuat, mengeluh. Dari situ berarti menyesal dan bertobat.
2. Pertobatan dalam bahasa Grika
a. Metanoeo. Artinya berfikir lain, mempertimbangkan lagi, menyesal, bertobat. (Matius 3:2; 4:17; 11:20, 21; 12:41; Lukas 15:7, 10; Kisah 2:38; 3:19; Wahyu 2:5, 16, 21, 22; 19:20).
b. Metamelomai. Artinya memperhatikan sesudahnya, menyesal, bertobat (Matius 21:29, 32; 27:3; 2 Korintus 7:8; Ibrani 7:21).
c. Metanoia. Atinya mengubah keputusan, pertobatan (Matius 3:8, 11; 9:13; Markus 1:4; 2:17; Kisah 5:31; 11:18; 19:4; 20:21; 26:20; Ibrani 12:17; 2 Petrus 3:9).




c. Pengertian dan definisi pertobatan. Pertobatan mempunyai pengertian perubahan pikiran, mempertimbangkan kembali, memperhatikan kemudian, menyesal dan mengganti suatu keputusan.
Arti dasarnya adalah perubahan pikiran, hati dan sikap dan diterapkan terutama terhadap dosa serta hubungan seseorang dengan Allah. Pertobatan adalah pembalikan haluan yang sempurna. Pertobatan adalah perubahan arah yaitu dari menjauhi Allah kepada mendekati Allah.

Pertobatan adalah perubahan pikiran, kecenderungan yang tulus dan yang sepenuhnya dalam hal dosa, yang meliputi rasa salah pribadi dan keadaan tak berdaya, pengertian akan kemurahan Allah, keinginannya yang kuat untuk menyelamatkan diri atau diselamatkan dari dosa dan dengan sukarela meninggalkannya.

Rasa susah dan sedih serta rasa bersalah yang mendalam karena dosa termasuk dalam ide Alkitab tentang pertobatan, dan ini mengikuti sebagai perubahan pikiran orang berdosa atas dosanya.

d. Pertobatan meliputi tiga elemen kejiwaan

1. Elemen Intelek

Sebelum kejatuhan, pikiran dan hati manusia adalah kepada Allah. Kejatuhan membawa kepada pikiran pemberontakan kepada Allah, pikiran sesuai keinginannya. Pertobatan yang dibawa oleh Roh Kudus adalah perubahan pikiran yaitu berbalik dan tertuju kepada Allah. Pertobatan adalah pengenalan akan kebenaran Injil dan bukan hanya sekedar menyetujui seperangkat fakta historis dan doktrin tentang Kristus (Roma 10:17; Ibrani 11:1). Pertobatan adalah pengetahuan bahwa seseorang berada pada jalan yang salah, menjauh dari Allah, dan dengan pengetahuan ini dibawa oleh pelayanan Roh Kudus dan Firman. Pertobatan adalah perubahan pikiran tentang Allah, dosa dan diri. Elemen Intelek dalam pertobatan berhubungan denan pengetahuan tentang dosa bahwa manusia merasa bersalah di muka Allah yang benar dan suci dan bahwa ia terhilang terlepas dari kasih karunia yang menyelamatkan (Mazmur 51:3, 7, 11; Lukas 15:17-19; Matius 21:29).

2. Elemen Emosi

Elemen ini berhubungan dengan perubahan perasaan yaitu datangnya perasaan susah yang murni karena dosa yang dibuat melawan Allah. Disini termasuk menangis, mengeluh dan susah hati. Karena jiwa mengetahui betapa jauhnya ia dari Allah, datanglah kesusahan Ilahi. Ini adalah kedukacitaan karena dosa dan bukan karena akibat dari dosa itu (2 Korintus 7:9, 10; Ibrani 12:7; Mazmur 51:1-14; Lukas 10:13; Kejadian 6:6; Mazmur 38:18). Bersama dengan kesusahan juga timbul keinginan untuk diampuni.

3. Elemen Kehendak

Elemen ini meliputi perubahan kehendak dan maksud. Ini adalah berbalik dari dosa, meninggalkan jalan yang salah dan menuju jalan yang benar langsung kepada Allah. Ini adalah menaklukkan kehendak dan kehidupan kepada Kristus dalam penerimaan secara total kuasa penyelamatan-Nya. Contoh adalah anak yang terhilang yang merobah kehendaknya dan kemudian bertindak sesuai perubahan itu (Lukas 15:18-20). Jikalau seseorang menyadari bahwa dirinya berdosa dan hanya menyesali dosa itu tetapi tidak meninggalkan dosa itu, maka itu bukan pertobatan yang sungguh. Dalam pertobatan yang sungguh seseorang harus meninggalkan dosanya (Yesaya 55:7; Amsal 28:13). Ia harus berbalik kepada Allah (1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).

e. Buah Pertobatan

Bukti dari pertobatan yang benar adalah buah pertobatan. Karya berbicara tentang tindakan yang kelihatan dari kehidupan di dalam. Bukti dari pertobatan yang benar adalah pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan, diantaranya berupa :

1). Perasaan susah yang Ilahi karena dosa (Matius 27:75).

2). Pengakuan dosa (Mazmur 32:5; 1 Yohanes 1:9; Yakobus 5:16).

3). Berpaling kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 6:1,2; 1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).

4). Meninggalkan dosa (Matius 3:8-10; Mazmur 119:58-60; Yesaya 53:6; Amsal 28:13; Yesaya 55:6,7; Yehezkiel 18:20-32).

5). Berpaling dari perbuatan yang membawa kepada kematian untuk mencapai keselamatan (Ibrani 9:14).

6). Membenci dosa (Yehezkiel 6:9-19).

7). Kerinduan pada pengampunan (Mazmur 25:11; 51:1; Lukas 18:13).

8). Membayar kembali, dimana mungkin (Lukas 19:8; 18:13).

f. Bagaimana pertobatan dihasilkan

Pertobatan mempunyai segi Ilahi dan segi manusia. Keduanya bekerja bersama-sama untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Pertobatan dihasilkan oleh :

1). Di pihak Allah

a. Karena tuduhan oleh Roh Kudus (Yohanes 16:8-11).

b. Karena Firman dari Injil (Matius 12:41; Lukas 24:47; Kisah 2:37, 38; 2 Timotius 2:24, 25).

c. Karena karunia Allah di hati (Kisah 5:30, 31; 11:18; 2 Timotius 2:25).

d. Karena kebaikan Allah yang ditakdirkan (Roma 2:4; 2 Petrus 1:9).

e. Karena penghukuman Tuhan (Wahyu 3:19; Ibrani 12:10-12; 2 Timotius 2:24, 25).

2). Di pihak manusia

a. Karena penerimaan kebenaran Injil (Roma 10:7). Ini menyangkut intelek.

b. Karena adanya respons jiwa yang susah (Mazmur 13:18). Emosi.

c. Karena menyerahnya kehendak (Matius 16:24). Kehendak.

Jadi perlu tetap dipertahankan bahwa Allah itulah yang mengambil prakarsa di dalam pertobatan. Pertobatan bukan berasal dari manusia. Tidak ada prakarsa dari manusia untuk bertobat. Pertobatan adalah kasih karunia Allah, yang oleh Roh Kudus menyalahkan manusia dan membawa ia kepada pertobatan. Bagian manusia adalah memberi respons kepada tuduhan itu. Allah memerintahkan manusia untuk bertobat (Kisah 17:30. Bila Ia memerintahkan, Ia juga yang menyanggupkan manusia untuk memberi respons.

2. Iman Kepada Allah

Kata kedua dari Injil adalah percaya (Markus 1:15; Kisah 20:21). Prinsip-prinsip doktrin Kristus adalah "pertobatan dari perbuatan yang sia-sia" dan kemudian "iman kepada Allah" Ibrani 6:1, 2). Di dalam pertobatan seseorang berbalik dari dosa, sedang di dalam iman ia berbalik kembali kepada Tuhan. Keduanya seperti dua sisi dari satu mata uang: keduanya dimiliki satu terhadap yang lain di dalam satu perpalingan Alkitabiah.

a. Pentingnya iman kepada Allah

Penulis kepada Ibrani menyatakan kepada kita pentingnya iman secara mutlak waktu ia mengatakan "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada . . ." (Ibrani 11:6). Inilah permulaan iman. Iman harus mulai dari fakta bahwa Allah ada, dan bahwa Ia memberi pahala pada mereka yang dengan rajin mencari Dia. Tak ada yang dapat diketahui atau yang diterima dari Allah bila manusia tidak mula-mula percaya bahwa Allah ada.

b. Apakah iman itu

Kata Grika "Pistis" yang diterjemahkan "iman" secara sederhana berarti mempercayai, jaminan, kepercayaan kepada orang lain atau perkataan orang lain. Beriman kepada Allah secara sederhana adalah mempercayai Allah, mempercayai FirmanNya dan mempunyai kepercayaan kepadaNya bahwa FirmanNya benar dan bahwa Ia akan menepatinya. Ini berarti mempercayai sepenuhnya dan bersandar kepada Allah dan FirmanNya. Pemikiran Grika untuk "mempercayai" berarti kepercayaan dan penyerahan seseorang sepenuhnya kepada Allah, Kristus dan FirmanNya, mempercayai Dia untuk semua, memegang dan menaati FirmanNya (Kisah 16:31).

1). Dari Ibrani 11:1 ternyata bahwa iman adalah dasar yang menguatkan kehidupan orang percaya. Inilah jaminan dan keyakinan yang kita miliki terhadap Firman Allah. Inilah bukti dan keyakinan batin dari realitas hal-hal yang tidak dilihat namun kekal.

2). Iman adalah rohani.

Sama seperti secara alamiah ada lima alat indera, demikian pula ada padanan rohani dari indera-indera. Indera rohani ini harus dilatih. Perhatian pada ayat-ayat Firman Allah menunjukkan bagaimana indera-indera rohani ini (Mazmur 34:8); Kisah 17:27, 28; Mazmur 45:8; Wahyu 2:11). Iman adalah indera rohani. Ini menyentuh dan mencapai hal-hal dibalik indera alamiah yang tak dapat dijangkau oleh indera alamiah.

3). Iman kepada Allah melalui Kristus.

Kitab Suci menunjukkan bahwa iman adalah kepada Allah melalui Kristus (Kisah 26:20,21). Didalam "iman kepada Allah" manusia terbuang sepenuhnya kepada Allah, terhadap siapa Ia dan apa yang telah Ia lakukan di dalam Kristus.

c. Sumber dari iman yang benar.

Hanya ada satu sumber dari iman yang benar yaitu Firman Allah. Bila iman tidak dibangun di atas Firman, tidak akan dapat bertahan terhadap topan dan pencobaan-pencobaan hidup. Ayat kunci atas fakta ini adalah Roma 10:17 "Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman (Grika: Rhema) Allah". Untuk mendengar dengan sebenarnya Firman adalah mendengarkan Tuhan Yesus Kristus berbicara kepada hati dan Roh Firman yang hidup adalah Kristus dari Allah. Ialah penulis dan penyelesai iman kita (Ibrani 12:1,2). Sumber iman yang benar adalah Kristus, Firman yang hidup dan Alkitab Firman tertulis. Firman yang tertulis harus menjadi Firman yang dihidupkan untuk menciptakan iman yang sebenarnya.

d. Iman meliputi tiga unsur kejiwaan manusia

1). Unsur Intelek

Tidak mungkin mempunyai iman tanpa pengetahuan. Tetapi iman bukan hanya pengetahuan tentang Allah, tentang Kristus, keselamatan dan penebusan. Iman bukan hanya persetujuan mental, namun iman meliputi unsur intelek dan pengetahuan (Yakobus 2:19; Ibrani 11:6; Roma 10:17; Mazmur 9:10).

2). Unsur Emosi

Ini adalah respons hati pada kebenaran Injil. Iman meliputi perasaan. Penurutan Allah adalah fakta, iman intelek dan iman perasaan, namun tidak pernah tanpa perasaan. Iman itu secara kokoh didasarkan pada fakta dari Injil, tetapi iman diikuti perasaan (Mazmur 106:12, 13; Matius 13:20, 21).

3). Unsur Kehendak

Injil membawa penerangan pada pengertian. Ini menciptakan iman dan kemudian di dalam hati menggerakkan kemauan untuk bertindak. Unsur kehendak di dalam iman erat hubungannya dengan pertobatan dimana hati dan kemauan menyerah kepada Tuhan. Ada tindakan yang dilakukan, dimana seseorang menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus untuk keselamatannya.

Sebagaimana dalam pertobatan, demikian pula di dalam iman ada aspek Ilahi dan aspek manusiawi. Iman adalah anugerah Allah kepada seseorang yang bertobat, dan orang yang bertobat itu memberi respons pada kasih karunia Allah (Yeremia 31:18; Kisah 3:26; 3:19; 11:18; Yehezkiel 33:11; Lukas 22:32: Efesus 2:5-8).

e. Aspek-aspek iman

Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ada berbagai aspek iman, dan bahwa orang percaya maju "dari iman kepada iman" sampai tiba pada kepenuhan dari Anak Allah (Roma 1:17). Aspek-aspek iman adalah :

1). Iman yang menyelamatkan

Iman yang menyelamatkan adalah anugerah Allah kepada orang berdosa yang bertobat sehingga ia dapat diselamatkan (Efesus 2:8). Ini berarti memandang kepada Kristus sepenuhnya untuk keselamatan. Disini pribadi itu mempercayai Kristus dan FirmanNya untuk keselamatan (Ibrani 11:31-35). Contoh hal ini dapat dilihat di Ibrani 11:4; Lukas 7:50; Kisah 16:31.

2). Buah Iman

Aspek iman ini dikatakan sebagai buah Roh. Ini lebih banyak sebagai iman yang aktif. Ini adalah iman dengan kepatuhan. Iman aktif menaati Firman karena Allah yang mengatakannya (Ibrani 11:8-10), 17-19, 28, 30, 31; Lukas 5:4-6; Galatia 5:22, 23).

3). Karunia Iman

Aspek iman ini dikatakan sebagai karunia Roh (1 Korintus 12:1-13). Ini tercatat diantara sembilan karunia Roh dan karunia iman adalah secara adikodrati untuk hal-hal ajaib. Hal ini meliputi juga untuk mengatakan Firman. Hal ini diberikan kepada tubuh Kristus sebagaimana yang dikehendaki Allah. Ini tak boleh dikacaukan dengan aspek-aspek lain iman itu (Ibrani 11:29; Bilangan 20:8; Yosua 10:12-14; 1 Raja-raja 17:1, 14; Matius 17:20, 21; Markus 11:12-14; 22-26).

4). Iman Doktrin

Aspek iman ini beberapa kali hanya disebut "iman". Aspek ini lebih banyak menunjuk terutama kepada wahyu Allah dalam iman. Inilah Firman Iman, Firman Injil. Ini menunjuk kepada jumlah keseluruhan wahyu Allah di dalam Alkitab, jadi berarti keseluruhan doktrin Alkitabiah. Ini adalah "iman" yang dahulu telah diberikan kepada orang-orang kudus, yang untuk itu kita harus bertanding (Yudas 1:3; Efesus 4:5, 11; 1 Timotius 6:10; 2 Timotius 2:18; 3:8; 1 Timotius 4:1; Kisah 14:22; 6:7; Kolose 1:23; 2:7).

5). Iman yang sempurna

Iman yang sempurna dikatakan sebagai "roh iman" ( 2 Korintus 4:3; Mazmur 116:10; Yakobus 2:22). Aspek iman ini akan dinyatakan bila orang kudus telah disempurnakan, bila setiap keraguan dan ketidakpercayaan akan disingkirkan dari hati. Pada waktu itulah Firman akan menjadi daging di dalam orang percaya dan tidak ada ketidakpercayaan lagi, karena semuanya akan tiba pada iman yang sempurna.

f. Tingkat-tingkat Iman

Waktu orang bertobat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya dan ia menerima iman yang menyelamatkan, kemudian ia harus bergerak kedalam kehidupan iman (Habakuk 2:4).

Alkitab menunjukkan bahwa ada tingkat-tingkat atau ukuran iman. Adalah kehendak Allah bahwa semua bergerak maju di dalam kehidupan iman dan sesungguhnya berjalan dari iman kepada iman. Hal ini hanya dapat ada bila seseorang mempertahankan kehidupan iman dalam hubungan pribadi dengan Kristus dan FirmanNya, sumber dari iman yang terus menerus. Kita mencatat ukuran-ukuran iman yang disebut dalam Firman Allah.

1). Tidak ada iman (Ulangan 32:30; Markus 4:42).

2). Iman kecil (Matius 8:26; 14:31).

3). Iman lemah (Roma 14:1).

4). Iman yang mati (Yakobus 2:17).

5). Iman yang sia-sia (1 Korintus 15:14).

6). Iman yang benar (Lukas 7:9).

7). Kepenuhan iman (Kisah 11:24).

8). Iman yang teguh (Kolose 2:5).

9). Iman yang kaya (Yakobus 2:5).

10). Iman yang tulus ikhlas (1 Timotius 1:5)

11). Iman yang kuat (Roma 4:19, 20).

12). Ukuran atau proporsi iman (Roma 12:3-6; 1:17).

Iman seperti pertobatan, adalah sesuatu yang harus dipertahankan melalui perjalanan orang percaya, waktu Allah memimpin dan membimbing dalam jalan kebenaran. Roh Kudus akan tetap memberi terang. Waktu kita berjalan di terang, kita harus mempertahankan pertobatan dan iman. Iman jangan dilihat sebagai karya, tetapi sebagai saluran yang dengannya orang percaya menerima dari Allah semua yang diperlukan.

Keselamatan, penyucian, kemenangan dan kehidupan rohani semua datang pada orang percaya melalui saluran iman.

Yesus adalah penulis dan penyelesai iman orang-orang percaya. Semua orang kudus harus tetap "memandang kepada Yesus" sampai pertandingan selesai (Ibrani 12:1,2).

3. Kejadian Semula

a. Arti kejadian semula

Dalam kejadian semula seseorang dilahirkan kedalam keluarga Allah. Ia dilahirkan baru dari atas. Ia menerima sifat baru, kehidupan yang baru dan ditempatkan dalam keluarga Allah. Bahasa Grika "Palingenesia" untuk kelahiran baru (Palin artinya kembali, Genesis artinya kelahiran), digunakan tentang kelahiran secara rohani (Titus 3:5) meliputi komunikasi kelahiran baru. Kekuatan yang beroperasi dalam kejadian semula adalah Firman Allah (Yakobus 1:18; 1 Petrus 1:23) dan Roh Kudus (Yohanes 3:5,6). Menurut The Zondervan Topical Bible kejadian semula adalah perubahan yang terjadi di dalam hati manusia oleh Roh Kudus dimana keadaan berdosanya yang telah menjadi sifatnya diubahkan sehingga ia dapat memberi respons kepada Allah di dalam iman dan hidup sesuai dengan kehendakNya. Ini meluas pada keseluruhan sifat dasar manusia, mengganti kecenderungannya yang menguasai, menerangi pikirannya, membebaskan kehendaknya dan membarui sifat dasarnya.

Istilah kejadian semula dan kelahiran baru tidak menggambarkan fase yang berurutan dalam pengalaman rohani, tetapi menunjuk pada peristiwa yang sama yang memandangnya dalam aspek yang berbeda. Kelahiran baru menekankan pada komunikasi kehidupan rohani yang bertentangan dengan kematian rohani sebelumnya, sementara kejadian semula menekankan pada permulaan keadaan hal-hal yang baru yang berbeda dengan yang lama. Dari segi Ilahi perubahan hati itu disebut kejadian semula atau kelahiran baru, dari segi manusia disebutkan perpalingan (conversion). Dalam kejadian semula jiwa itu dianggap pasif, dalam perpalingan jiwa itu aktif. Kejadian semula adalah komunikasi dari kehidupan Ilahi pada jiwa (Yohanes 3:5; 10:10, 28; 1 Yohanes 5:11, 12), mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Petrus 1:4), hati yang baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10; 4:24). Kejadian semula meliputi segenap jiwa, tetapi itu adalah perubahan di dalam kecenderungan yang batiniah, prinsip-prinsip, rasa atau kebiasaan yang mendasari semua aktivitas yang sadar, dan yang menentukan karakter manusia dan semua tindakannya.

b. Perlunya kejadian semula

Alkitab berulang kali menyatakan bahwa manusia harus dijadikan semula sebelum ia dapat melihat Allah. Hal itu ditegaskan karena kesucian merupakan syarat yang harus ada untuk diterima dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi semua manusia secara alamiah telah rusak dan bila ada kesadaran moral, ia merasa bersalah karena pelanggarannya. Oleh sebab itu manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah. Perubahan moral dalam manusia dapat diadakan hanya dengan tindakan dari Roh Kudus. Roh yang menjadikan semula hati serta mengkomunikasikan kepada hati kehidupan dan kodrat Allah. Alkitab menggambarkan pengalaman ini sebagai kelahiran baru dan karena kelahiran baru itu manusia menjadi anak Allah (Yohanes 1:12; 3:3,5; 1 Yohanes 3:1). Hanya kelahiran baru yang dapat menghasilkan kodrat yang suci dalam orang berdosa yang memungkinkan persekutuan dengan Allah. Dengan kejadian semula orang berdosa menjadi anak Allah dan dengan demikian diperkenalkan dalam keluarga Ilahi.

c. Alat kejadian semula

1) Kehendak Allah

Kita dilahirkan semula dengan kehendak Allah (Yohanes 1:13). "Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh Firman kebenaran" (Yakobus 1:18).

2). Kematian dan Kebangkitan Kristus

Kelahiran baru syaratnya di dalam Kristus yang disalibkan (Yohanes 3:14-16) dan kebangkitanNya (1 Petrus 1:3).

3). Firman Allah

Dalam Yakobus 1:18 dan 1 Petrus 1:23 dikatakan bahwa Firman Allah menjadikan baru.

4). Pelayanan Firman

Ini dinyatakan dalam 1 Korintus 4:15. Namun sumbangannya hanyalah dalam pengungkapan kebenaran dan ajakan mengambil keputusan untuk Kristus.

5). Roh Kudus

Roh Kudus adalah agen yang sebenarnya dalam kejadian semula (Yohanes 3:5,6; Titus 3:5).

d. Akibat dari kejadian semula

Alkitab mengajarkan bahwa ada akibat yang pasti dari kejadian semula. Akitbat itu adalah sedemikian rupa, sehingga sekaligus merupakan test apakah seseorang telah jadi semula atau belum.

1). Yang jadi semula memenangkan pencobaan (1 Yohanes 3:9; 5:4,18).

2). Sikapnya menjadi lain. Biasanya ia akan mengasihi saudara-saudara seiman (1 Yohanes 5:1), mengasihi Allah (1 Yohanes 5:2; 4:19), mengasihi Firman Allah (Mazmur 11:97); 1 Petrus 2:2), mengasihi musuhnya (Matius 5:44), mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang (2 Korintus 5:14).

3). Ia menyenangi hal-hal yang baik bagi Anak Allah, seperti mengungkapkan kehendak Bapa (1 Korintus 2:10-12), mencukupi kebutuhannya (Matius 7:11) dalam pemeliharaan (1 Yohanes 5:18).

4). Menjadi ahli waris dari Allah (Roma 8:16,17). Ia gemar akan warisan rohani berupa pemeteraian oleh Roh Kudus (Efesus 1:13,14).

e. Keterkaitan kelahiran kembali dengan pertobatan dan iman

Pertobatan dan iman adalah bagian atau tanggung jawab manusia di dalam keselamatan. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus di dalam hati manusia. Bila ketiga hal itu terjadi dalam diri seseorang, maka ia diselamatkan, mendapat hidup kekal. Dalam Alkitab hubungan pertobatan, iman dan kelahiran kembali (kehidupan baru, keselamatan), seperti Kisah 11:18; 2 Korintus 7:10; Ibrani 6:6, bertobat dan beriman, seperti dalam Kisah 20:21; Markus 1:15, beriman dan diselamatkan seperti dalam Yohanes 3:16; 5:24; 1:12,13; 2 Timotius 3:15; Markus 16:16; Kisah 16:31; 1 Yohanes 5:13.

Jadi perubahan hidup (conversion) yang terdiri dari pertobatan dan iman, walaupun merupakan anugerah Tuhan tetapi harus dilaksanakan atau dimiliki seseorang, dan dengan perubahan hidup itu menyebabkan Roh Kudus melahirkan semua anak itu menjadi anak Allah.

f. Kelanjutan kejadian semula

Kejadian semula memberi kebaharuan hidup kepada orang percaya. Ini terjadi karena orang percaya menerima Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya. Persekutuan dengan Kristus di dalam kematian dan kebangkitanNya, orang percaya itu satu kejadian baru, ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Menjadi ciptaan baru di dalam Kristus oleh karya Roh Kudus merupakan kunci kehidupan Kristiani. "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya" (Galatia 6:15). Tetapi ciptaan baru itu harus dilanjutkan dengan usaha orang yang sudah selamat itu. "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Filipi 2:12). Di dalam ketaatan iman harus ada kelangsungan ibadat yaitu persembahan diri kepada Tuhan dan melanjutkan dengan pembaharuan lahiriah karena pembaharuan batiniah. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2). Perubahan itu berlangsung terus-menerus sampai mencapai kesempurnaan. (Kolose 3:9,10). Ini memerlukan selalu kesiapan untuk mau bertobat, beriman, setia sampai Tuhan datang kembali.

4. Pembenaran

Menurut arti kamus, pembenaran adalah membuktikan atau menunjukkan sebagai benar, atau sesuai dengan hukum; membuktikan sebagai benar, menyatakan bebas dari salah, menganggap benar, menyatakan sebagai benar, mengumumkan keputusan penerimaan pada seseorang. Secara theologis pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan Allah yang dengannya Ia menerima sebagai benar orang berdosa yang menyesal, bertobat, dan percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.

Dalam bahasa Grika kata benda "Dikaiosis" menyatakan tindakan menyatakan benar, membebaskan. Kata kerja "Dikaioo" berarti mengaganggap sebagai benar. Dalam hal Allah membenarkan manusia, yaitu mereka yang dinyatakan benar di muka Dia karena syarat-syarat tertentu yang diletakkan olehNya terpenuhi.

a. Hakekat Pembenaran

Pembenaran adalah tindakan pernyataan. Pembenaran bukan sesuatu yang diadakan dalam manusia tetapi sesuatu yang dinyatakan mengenai manusia. Pembenaran tidak berhubungan dengan keadaan rohani kita, melainkan dengan hubungan rohani, tidak berhubungan dengan keadaan sebetulnya melainkan dengan keadaan menurut hukum. Pembenaran tidak menyebabkan orang menjadi benar, juga tidak memberi kebenaran, melainkan menyatakan bahwa seseorang benar. Pembenaran adalah pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Di dalamnya tercakup hal-hal berikut :

- Pengampunan atau peniadaan hukuman karena dosa.

- Penganugerahan kebenaran.

- Posisi benar di muka Allah.

1) Pengampunan dari hukuman

Dalam bahasa Grika digunakan dua kata untuk pengampunan yaitu "Aphiemi" dan "Charizomai". Aphiemi berarti mengirimkan, membatalkan atau mengampuni hutang atau dosa (Matius 6:12; 18:21; 9:2; Kisah 8:22). Charizomai berarti melimpahkan kebaikan secara tidak bersyarat, digunakan untuk tindakan pengampunan oleh manusia (Lukas 7:42; 2 Korintus 2:7; 12:13), pengampunan oleh Allah (Efesus 4:32; Kolose 2:13; 3:13).

Hukuman untuk dosa adalah kematian secara rohani, fisik dan kekal. Supaya seseorang diselamatkan, hukuman ini mula-mula harus dihilangkan. Ini terjadi di dalam tubuhNya di salib (Yesaya 53:5,6; 1 Petrus 2:24). Karena Kristus telah menanggung penghukuman dosa manusia, maka Allah menghapuskan itu kepada mereka yang percaya kepada Kristus (Kisah 13:38,39; Roma 8:8, 33, 34; 2 Korintus 5:21). Inilah pengampunan dosa (Roma 4:7; Efesus 1:7; 4:32; Kolose 2:13). Allah mengampuni mereka yang bertobat dan percaya kepada AnakNya.

2). Memperhitungkan kebenaran

Secara theologis ungkapan ini berarti tindakan yang dengannya Allah menganggap atau memperhitungkan kebenaranNya menjadi milik kita. Dalam bahasa Inggris "imputation", bahasa Grika "Logizomai", yang berarti memperhitungkan atau memasukkan dalam perhitungan atau mencantumkan pada perhitungan seseorang . Dalam Alkitab ada pasal yang terkenal tentang "imputation" yaitu Roma 4. Orang berdosa tidak hanya diampuni dosa-dosanya waktu lampau, tetapi juga diberikan kebenaran yang positif supaya dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini digenapi dengan jalan memperhitungkan kebenaran Kristus kepada orang percaya. Jadi sebagaimana dosa kita diperhitungkan kepada Kristus, demikian pula kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Dengan ini Allah tidak melanggar kebenaran atau keadilanNya di dalam menyatakan kita benar. Ia dapat melakukan ini karena dosa, kesalahan dan hukuman kita telah diperhitungkan kepada Kristus di salib. Kini kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Dengan pembenaran maka orang berdosa diputuskan secara hukum sebagai tidak bersalah, dibebaskan dari tuduhan. Orang yang diampuni dinyatakan benar karena ia percaya. Ia dinyatakan benar karena kebenaran diperhitungkan kepadanya.

3) Perubahan posisi

Pembenaran menyatakan bahwa orang yang diampuni itu benar. Semua catatan tentang kesalahan dihapuskan dan yang bersangkutan dikembalikan pada kedudukannya yang benar di muka Allah. Di dalam pembenaran itu dipulihkanlah kembali perkenanan Allah dengan iman dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26). Waktu Adam berdosa ia kehilangan posisinya di muka Allah, tetapi kini posisi manusia dipulihkan dan ia dapat berdiri di hadirat Allah dengan tidak malu karena Allah melihat ia ada di dalam Kristus.

b. Cara Pembenaran

1). Secara negatif

Pembenaran tidak dengan hukum Taurat. Ia yang mau dibenarkan oleh hukum Taurat, harus terus-menerus di dalam semua hal yang tertulis dalam hukum Taurat. Tetapi tidak ada seorangpun yang telah melakukan hal ini atau yang dapat melakukannya. Tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat (Roma 3:20).

2). Dibenarkan oleh kasih karunia Allah

Karena semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita (Titus 3:7). Kedua ayat ini menunjuk sumber dari pembenaran yaitu di dalam hati Allah. Ia di dalam kebaikanNya telah menyediakan kebenaran untuk kita.

3). Dibenarkan oleh darah Kristus

"Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah" (Roma 5:9). Ini merupakan dasar untuk pembenaran.

4). Dibenarkan oleh iman

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita" Roma 5:1). "Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus." (Galatia 2:16). Dibenarkan oleh iman merupakan syarat pembenaran kita. Tetapi kita tidak dibenarkan oleh karena iman kita. Iman bukan harga pembenaran, melainkan alat untuk menyediakannya.

c. Akibat Pembenaran

1). Ada pengampunan kesalahan (Roma 4:7,8; 2 Korintus 5:19). Tidak ada tuduhan (Roma 8:1) dan ada damai dengan Allah (Roma 5:1).

2). Ada pemulihan pada perkenanan Allah (Roma 4:7,8).

3). Kebenaran Kristus telah diperhitungkan pada orang percaya (Roma 4:5). Dengan demikian orang percaya dipakaikan pakaian yang bukan miliknya, tetapi yang diadakan oleh Kristus untuknya, sehingga ia dapat bersekutu dengan Allah.

4). Menjadi pewaris

"Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal." (Titus 3:7).

5). Akibat langsung ada dalam kehidupan praktis.

Pembenaran mengantar pada kehidupan yang benar. "Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar" (1 Yohanes 3:7).

6). Ada jaminan bagi orang yang dibenarkan bahwa ia akan diselamatkan dari murka Allah yang akan datang. "Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah" (Roma 5:9).

7). Ada jaminan telah dimuliakan.

"Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya" (Roma 8:30). Saat dibenarkan, saat itu juga dimuliakan Tuhan.

d. Hubungan antara Kelahiran kembali dan Pembenaran.

Kelahiran kembali dan pembenaran adalah dua bagian dari satu pekerjaan Allah. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Kristus oleh Roh Kudus yang diadakan di dalam kita, pembenaran adalah pekerjaan Kristus yang dibuat karena kita di hadapan tahta Allah dan pekerjaan itu dialaskan pada korban pendamaian Kristus dan oleh iman kita. Kelahiran kembali berkenaan dengan perubahan keadaan kita, pembenaran berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah.

5. Pengangkatan Anak

a. Arti dari Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak (adopsi) adalah tindakan Allah yang dengannya seorang anak ditempatkan sebagai putera dan diberi hak-hak penuh sebagai putera. Bahasa Grika-nya "Huiothesia", yang berasal dari huios yang berarti putera dan thesis yang berarti menempatkan. Menurut Vine "huiothesia" berarti tempat dan kondisi seorang putera yang diberikan pada seseorang yang secara alami bukan miliknya. Pengertian ini dalam theologia mengalami perkembangan yaitu penempatan anak sebagai orang dewasa. Scofield mengatakan bahwa adopsi (huiothesia, penempatan sebagai putera) bukan kat yang menyatakan hubungan melainkan posisi. Hubungan orang percaya dengan Allah sebagai anak dihasilkan dari kelahiran baru (Yohanes 1:12, 13), sementara adopsi adalah tindakan Allah dimana seseorang yang sudah menjadi anak, melalui penebusan dari hukum, ditempatkan dalam sebuah posisi seorang putera yang dewasa (Galatia 4:1-5). Roh yang mendiami memberikan realisasi bagi orang-orang kudus, yang dikatakan sebagai "penebusan tubuh" (Roma 8:23); 1 Tesalonika 4:14-17; Efesus 1:14; 1 Yohanes 3:2).

Jadi dalam kejadian semula kita menerima kehidupan baru, dalam pembenaran kita menerima kedudukan baru dan dalam adopsi kita menerima posisi yang baru. Oleh pembaharuan kita menjadi anak-anak Allah, oleh adopsi kita ditempatkan dalam kedudukan anak-anak dewasa. Pembaharuan berkaitan dengan perubahan watak kita, pembenaran berkaitan dengan perubahan reputasikita, adopsi berkaitan dengan perubahan posisi kita. Pembenaran adalah tindakan Alah sebagai hakim, adopsi adalah tindakan Allah sebagai Bapa.

b. Waktunya Pengangkatan Anak

Mengenai kapan pengangkatan anak itu terjadi, ada kalangan theolog yang berpendapat bahwa pengangkatan anak (son) langsung terjadi saat orang percaya, jadi bersamaan dengan kelahiran semula. Itu ternyata di Yohanes 1:12 dimana digunakan kata Son pada saat percaya. Ahli lain berpendapat bahwa pada saat seseorang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, ia menerima Roh Kudus sebagai Roh adopsi. Sebagai seorang anak (child) yang baru lahir dalam kelahiran baru, ia harus tumbuh menjadi putera (sonship) yang dewasa. Ahli lain menegaskan bahwa adopsi menjadi putera berlangsung bersama dengan peranan Roh Kudus dalam orang percaya, yaitu menunjuk pada Roma 8:14, "Semua orang yang dipimpin oleh Allah adalah anak (son) Allah." Tanda pengangkatan anak dibuktikan oleh pimpinan Roh Kudus. Oleh sebab itu harus ada kesungguhan hati dan pemberian diri sepenuhnya dalam pimpinan Roh Allah supaya menjadi dewasa, putera Allah.

c. Berkat-berkat Diangkat Anak

1). Kita menjadi obyek dari kasih Allah yang berkuasa itu (Yohanes 17:23) dan obyek dari pemeliharaanNya sebagai Bapa (Lukas 12:27-33).

2). Kita mempunyai nama keluarga itu (1 Yohanes 3:1; Efesus 3:14, 15), mempunyai kasih keluarga (Yohanes 13:35; 1 Yohanes 3;14), mempunyai Roh Anak (Roma 8:15; Galatia 4:5), mempunyai pelayanan keluarga (Yohanes 14:23,24; 15:8).

3). Kita menerima ajaran seorang Bapa (Ibrani 12:5-11), penghiburan seorang bapa (2 Korintus 1:4), warisan (1 Petrus 1:3-5; Roma 8:17).

d. Bukti-bukti Telah Menjadi putera Allah

1). Dipimpin Roh Kudus (Roma 8:4; Galatia 5;18).

2). Mempunyai kepercayaan seperti anak kepada Allah (Galatia 4:5, 6).

3). Mepunyai kebebasan untuk masuk (Efesus 3:12).

4). Mempunyai kasih untuk saudara (1 Yohanes 2:9-11; 5:1).

5). Dengar-dengaran (1 Yohanes 5:1-3).

6. Penyucian

a. Arti dari Penyucian

Kata penyucian (sanctification - Inggris) dalam bahasa Grika "Hagiasmos", menurut Vine digunakan dalam pengertian (a) dipisahkan untuk Allah, 1 Korintus 1:30; 2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus 1:2; (b) jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut 1 Tesalonika 4:3,4,7; Roma 6:9; 1 Timotius 2:5; Ibrani 12:14. Penyucian adalah hubungan dengan Allah yang kedalamnya masuk oleh iman, Kisah 26:18; 1 Korintus 6:11 dan utuk gelar dari manusia itulah kematian Kristus ditujukan, Efesus 5:25,26; Kolose 1:22; Ibrani 10:10,29; 13:12. Penyucian juga digunakan dalam Perjanjian Baru untuk pemisahan orang percaya dari hal-hal dan cara-cara yang jahat. Penyucian ini adalah kehendak Allah bagi orang percaya, 1 Tesalonika 4:13, dan merupakan tujuanNya dalam Injil, ayat 7. Hal itu harus dipelajari dari Allah, ayat 4, karena Ia mengajarkannya dengan FirmanNya, Yohanes 17:17,19, hal itu harus diikuti oleh orang percaya secara sungguh-sungguh dan tidak menyimpang, 1 Timotius 2:15, Ibrani 12:14. Kata "Hagiosune" menyatakan sifat yang suci, 1 Tesalonika 3:13, merupakan sesuatu yang tidak dapat diganti, yaitu tidak dapat dipindahkan atau dipertalikan karena merupakan milik pribadi yang dibangun sedikit demi sedikit, sebagai akibat dari kepatuhan pada Firman Allah, dan mengikuti teladan Kristus, Matius 11:29; Yohanes 13:15; Efesus 4:20; Filipi 2:5 di dalam kuasa Roh Kudus, Roma 8:13; Efesus 3:16.

Empat hal yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :

1). Dipisahkan untuk Allah.

Ini berarti dipisahkan dari kecemaran. Dalam pengertian lain yaitu disendirikan untuk diberikan kepada Tuhan. Orang Kristen disucikan pada saat pertobatan (1 Korintus 1:1,2; 1 Petrus 1:1,2; Ibrani 10:14).

2). Mengambil Kristus sebagai kesucian kita.

Ini bersama-sama dengan pengambilan Kristus sebagai kebenaran dan kesucian kita (1 Korintus 1:30). Kita disucikan dalam Kristus (1 Korintus 1:2). Kesucian ini diperoleh dengan iman di dalam Kristus (Kisah 26:18). Orang percaya dianggap sebagai suci dan benar, karena ia diselimuti dengan kesucian Kristus. Oleh sebab itu semua orang percaya dipanggil sebagai "orang suci" dengan tidak memperhitungkan tingkat rohani mereka (Roma 1:7; 1 Korintus 1:2; Efesus 1:1; Filipi 1:1; Kolose 1:1).

3). Pemurnian dari Kejahatan Moral.

Sebenarnya ini hanya bentuk lain dari pemisahan. Orang percaya dimintakan untuk memisahkan diri dari orang fasik secara umum (2 Korintus 6:17,18), guru-guru palsu dan doktrin palsu (2 Timotius 2:21; 2 Yohanes 1:9,10) dan dari sifat-sifat yang jahat (Roma 6:11,12; Efesus 4:22, 25-32; Kolose 3:5-9; 2 Korintus 7:1; 1 Tesalonika 4:3,7). Dalam hal-hal tertentu penyucian dianggap sebagai suatu tindakan yang tunggal sedang dalam hal lain sebagai satu proses yang kontinu. Selain dari pada itu dalam hal tertentu bersifat lahir sedang dalam hal tertentu bersifat ke dalam. Tetapi di dalam semua hal, pemurnian itu dianggap sebagai tindakan manusia dan bukan dari Allah. Allah telah memisahkan bagi diriNya orang-orang yang percaya di dalam Kristus dan pada gilirannya orang percaya itulah yang harus memisahkan dirinya bagi Tuhan untuk digunakanNya.

4). Menyesuaikan pada teladan Kristus

Dalam Roma 8:29 dikatakan, "Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Proses penyucian kepada teladan Kristus berlangsung seumur hidup sampai bertemu dengan Tuhan.

b. Waktu Penyucian

1). Tindakan pertama penyucian.

Alkitab mengajarkan bahwa pada saat seseorang percaya kepada Kristus, ia disucikan. Hal ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut "orang suci" di Perjanjian Baru dengan tidak melihat tingkat rohani masing-masing (Ibrani 10:10; Yudas 1:1,3). Dalam hal ini Kristus dijadikan "kesucian" bagi kita (1 Korintus 1:30).

2). Proses penyucian.

Sebagai suatu proses, penyucian berlangsung sepanjang hidup. Jadi mula-mula harus ada persembahan hidup pada sebelum kesucian praktis dimungkinkan. Bila orang percaya sungguh-sungguh pada Tuhan, maka perkembangan di dalam penyucian akan terjadi dengan pasti. Jika oleh Roh mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, maka ia akan hidup (Roma 8:13), menyucikan diri oleh ketaatan pada kebenaran (1 Petrus 1:22), mengeluarkan buah Roh (Galatia 5:22,23) dan Allah akan memakai dia dalam pelayanan. "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita menyucikan diri dari pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Korintus 7:1).

3). Penyucian yang sempurna dan terakhir.

Kesempurnaan yang akhir akan datang. "Tetapi jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap" (1 Korintus 13:10). Keselamatan dari dosa sekarang akan datang pada waktu kita akan bertemu dengan Tuhan sesudah kematian atau pada waktu kedatangan Yesus Kristus kedua kali (1 Yohanes 3:2; Ibrani 9:28; Yudas 1:23; 1 Tesalonika 3:13). Tubuh orang percaya akan dimuliakan (Filipi 1:20; Roma 8:23). Dengan memandang pada kesempurnaan yang akan datang, membawa kekuatan kepada kita untuk menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yohanes 3:3).

c. Alat-alat Penyucian

Ada dua pihak yang berperan dalam penyucian, yaitu Allah dan Manusia. Dalam penyucian maka Allah Trinitas ada karya yang dinyatakan dalam Alkitab. Allah Bapa menyucikan orang percaya yaitu dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1 Korintus 1:30), mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21). Kristus menyucikan orang percaya dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1 Korintus 1:30), mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21). Kristus menyucikan orang percaya dengan memper-sembahkan kehidupanNya bagi orang percaya (Ibrani 10:10), menguduskan umatNya dengan darahNya (Ibrani 13:12; Efesus 5:25-27) dan di dalam menghasilkan kesucian bagi orang percaya melalui Roh (Ibrani 2:11). Roh Kudus menyucikan orang percaya di dalam hal Ia membebaskan orang percaya dari sifat daging (Roma 8:2), melawan kehendak daging (Galatia 5:17) dan menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22,23).

Walaupun seseorang tidak dapat menyucikan dirinya sendiri, tetapi Allah mengambil prakarsa di dalam orang percaya. "Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya" (Filipi 2:13). Tetapi ada alat-alat yang dapat dikerjakan manusia di dalam penyuciannya yaitu :

1). Iman di dalam Kristus (Kisah 26:18).

2). Mengejar kesucian. Orang yang tidak berjalan dalam kesucian, tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14; 2 Korintus 7:1).

3). Mempelajari Alkitab, karena dengan itu akan mengungkapkan kelemahan dan menunjuk jalan keluar dari kegagalan (Yohanes 17:17,19; Efesus 5:26; 1 Timotius 4:5).

4). Pekabaran Injil, yang menunjuk pada perlunya kesucian dan mendorong untuk mengejarnya (Efesus 4:11-13; 1 Tesalonika 3:10).

5). Persembahan kehidupan kepada Allah (Roma 12:1; 6:13, 9-21; 1 Timotius 2:21).

C. Kelanjutan Dari Keselamatan

1. Jaminan Keselamatan

a. Definisi dan Pengertian

Kamus mendefinisikan "jaminan" sebagai "bebas dari keraguan", keteguhan hati, kepercayaan, menjadi yakin atau pasti." Jaminan atau garansi, suatu keadaan pasti atau tentu, keamanan. Secara theologis dapat dikatakan bahwa "Jaminan keselamatan adalah pengetahuan batin bahwa Allah telah mengampuni kita di dalam Kristus dan telah menerima kita di dalam Kristus dan telah menerima kita di dalam AnakNya yang kekasih" (Efesus 1:6).

Kitab Suci mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki jaminan keselamatan dan diterima di muka Allah. Paulus sanggup mengkhotbahkan Injil dengan "keyakinan penuh" (1 Tesalonika 1:5). Ia juga bersaksi "Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari itu" (2 Timotius 1:12). Ini adalah keyakinan Paulus tentang kepastiannya di dalam Kristus. Yohanes di dalam suratnya menggunakan kata "tahu" lebih dari 40 kali, dan meyakinkan orang percaya bahwa ia dapat mengetahui keselamatannya dan penerimaannya akan Allah melalui Kristus. Orang percaya tidak menaruh syak bila mempunyai keyakinan akan janji-janji Allah melalui Kristus (1 Yohanes 2:3,20,29; 3:14,19-21,24; 4:6,16,17; 5:18). Paulus mengajarkan pada kita mengenai tiga aspek jaminan di dalam surat-suratnya.

1). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari iman akan keselamatan (Ibrani 10:22).

2). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengertian (Kolose 2:1,2)

3). Orang percaya harus mempunyai jaminan penuh dari pengharapan sampai akhirnya (Ibrani 6:11).

Orang percaya mengalami jaminan ini selama-lamanya karena adanya damai dan kebenaran di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yesaya 32:17) yang Allah bangkitkan dari kematian (Kisah 17:31).

b. Alat-alat Jaminan.

Ada berbagai alat jaminan yang dengannya orang percaya dapat memiliki jaminan batin mengenai keselamatan berdasarkan pertobatan dan iman.

1). Kesaksian Firman Allah. Ini adalah bukti dan kesaksian dari luar, "Telah Tertulis" (1 Yohanes 5:1,2; 2:3,13,20,21,29; 5:15-20; Yohanes 3:36; 5:24).

2). Kesaksian Roh Kudus. Ini adalah bukti di dalam. Ia yang percaya itu mempunyai kesaksian di dalam dirinya (1 Yohanes 5:9-12; 3:19; Yohanes 16:8; Roma 8:16; Galatia 4:6; 2 Korintus 1:2). Roh Kudus membawa kesaksian bersama Roh kita bahwa kita telah dilahirkan semula dan menjadi anak-anak Allah yang hidup.

3). Kesaksian dari kata hati yang jernih. Ini juga suatu kesaksian di dalam. Paulus dapat berbicara dari fakta bahwa kata hatinya bersaksi dengan kesaksian Roh Kudus (Kisah 24:16; Roma 9:1; 1 Petrus 3:21).

4). Kesaksian dari kehidupan Kristen. Kehidupan yang dihidupi seseorang harus selaras dengan Firman Allah. Ini adalah bukti luar dari kehidupan Kristen. Ini juga meyakinkan hati di muka Tuhan (1 Yohanes 3:14; 2 Korintus 13:5).

c. Rintangan -rintangan pada jaminan sepenuhnya.

Beberapa rintangan utama dan hal-hal yang merampas dari orang percaya jaminan penuh akan keselamatan.

1). Keragu-raguan dan ketidakpercayaan (Markus 11:22-24).

2). Kekurangan roh pengampunan (Markus 11:25,26).

3). Kelemahan rohani dan kesuaman (Wahyu 3:15,16).

4). Mendukacitakan Roh Kudus (Efesus 4:30,31).

5). Mengijinkan iblis merampas dari kita jaminan itu (Yohanes 10:10, Yakobus 4:7).

6). Kegagalan melakukan kehendak Allah (Lukas 12:47,48).

7). Persahabatan yang salah (Amsal 4:14; 1 Korintus 15:33).

8). Mengasihi dunia (1 Yohanes 2:15-17; Yakobus 4:4).

9). Kegagalan mempertahankan hubungan kasih dengan Kristus (2 Korintus 5:7).

10). Dosa dengan kemauan sendiri (Ibrani 10:25-29).

11). Berjalan dengan penglihatan, perasaan dan bukan dengan iman (2 Korintus 5:7).

12). Ketidakpatuhan pada Firman Allah (Ibrani 5:8,9; Kisah 5:29,30).

d. Ketekunan dan Keamanan.

Kitab Suci mengajarkan bahwa keamanan keselamatan dari orang percaya terjamin. Tetapi jaminan keamanan keselamatan itu bukannya tanpa syarat. Orang percaya diajarkan dalam Alkitab supaya tekun dalam mengiring Tuhan. Namun ketekunan orang percaya tidak dengan sendirinya terjadi. Ketekunan orang percaya bukan hanya karena kasih karunia Allah tetapi terjadi karena orang percaya mau bertekun di dalam kebenaran Firman Tuhan. "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu." (Yohanes 8:31) "Sebab itu kamu harus tetap bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang ..." (Kolose 1:23).

Walaupun Allah berkenan supaya orang percaya tetap selamat, tetapi Allah tidak memaksakan kehendakNya kepada orang percaya. Allah telah menganugerahkan pikiran, perasaan dan kehendak yang waras kepada manusia dan kemampuan ini telah dibaharui sejak manusia mengalami kelahiran baru. "Supaya kamu dibaharui di dalam Roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:23,24). Hati nurani yang telah lahir baru telah disucikan sehingga dapat memilih untuk tetap tekun memeliharanya dan mengingkarinya. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (Filipi 1:9,10). Inilah tanggung jawab manusia dalam memelihara keselamatan yang telah dianugerahkan Allah dalam kasih karuniaNya dengan cuma-cuma. "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Filipi 2:12). Hanya mereka yang tekun memelihara keselamatannya itu yang tetap terjamin keamanan keselamatannya. "Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 24:13). Keamanan keselamatan itu bersyarat yaitu hanya bagi yang bertekun dan setia.

e. Ketekunan orang-orang kudus

Kitab Suci limpah dengan nasehat pada orang percaya supaya bertekun di dalam Tuhan terus menerus dan berada di dalam Firman. Orang percaya itu harus mengambil keputusan dengan kehendak sendiri untuk tetap memelihara kebenaran dan hubungan persekutuan dengan Tuhan. Orang percaya dinasehati supaya :

1). Tetap di dalam iman (Kisah 14:22; Kolose 1:23).

2). Tetap di dalam kasih karunia Allah (Kisah 13:43).

3). Tetap di dalam kasih Kristus (Yohanes 15:9; Matius 22:35-40).

4). Tetap di dalam kebaikan Allah (Kisah 14:43).

5). Tetap di dalam doa (Kolose 4:2).

6). Tetap di dalam iman dan kasih (1 Petrus 1:5; 1 Timotius 2:15).

7). Tetap di dalam Firman (Yohanes 8:31; 1 Timotius 2:15).

8). Tetap di dalam Bapa dan Anak (1 Yohanes 2:24).

9). Tetap di dalam doktrin rasul-rasul (Kisah 2:43).

10). Tetap di dalam atau tinggal pada pokok anggur (Yohanes 15:1-10).

f. Bahaya mundur

Ada banyak peringatan yang diberikan kepada orang percaya supaya tidak mundur atau mengundurkan diri dari pengiringan kepada Tuhan. Peringatan itu tidak dapat diterapkan kepada orang yang belum lahir semula, atau orang berdosa. Peringatan-peringatan ini tidak akan berarti bila sekiranya semua orang percaya tak mungkin jatuh dari kasih karunia Allah.

Beberapa peringatan tentang bahaya mundur yang ada di Alkitab.

1). Di Perjanjian Lama

Satu diantara kata-kata yang digunakan di Perjanjian Lama yang berbicara mengenai mereka yang menarik diri dari pengiringan kepada Tuhan adalah kata "blacklide" (mundur, murtad). Kata ini digunakan oleh Yeremia 13 kali (Yeremia 2:19; 3:6,8,11,12,14,22; 5:6; 8:5; 14:7; 31:22; 49:4), Nabi Hosea juga menggunakan kata ini beberapa kali. (Hosea 4:16; 11:7; 14:4). Kata itu digunakan juga di Amsal (Amsal 14:4). Murtad dalam bahasa Ibrani Msubah berarti berbalik kembali atau pergi dari tempatnya, keras kepala, melawan, menarik diri, meluncur balik atau murtad. Sebagai perbandingan yaitu karena Nabi Yeremia dan Hosea berbicara kepada orang Israel sebagai bangsa pilihan, ini juga sebagai peringatan kepada semua umat Allah sekarang ini.

2). Di Perjanjian Baru

a). Yesus mengingatkan bahwa kedurhakaan akan bertambah banyak dan kasih banyak orang akan menjadi dingin (Matius 24:12).

b). Yesus mengingatkan mengenai "menoleh ke belakang dan menjadi tidak layak untuk Kerajaan Allah" (Lukas 9:62; 17:32).

c). Paulus berbicara mengenai mereka yang "kandas kapal" dalam iman (1 Timotius 1:18,19).

d). Petrus berbicara mengenai mereka yang mengetahui jalan kebenaran namun berbalik, seperti anjing yang kembali lagi ke muntahnya dan babi kembali ke kubangan, yang keadaan akhir lebih buruk dari keadaan semula (1 Petrus 2:20-22).

e). Penulis Ibrani mengingatkan mengenai mereka yang "mundur sampai binasa" (Ibrani 10:38,39).

f). Yesus berbicara mengenai orang percaya yang seperti "garam yang menjadi tawar" (Matius 5:13).

g). Yesus juga berbicara mengenai ranting-ranting yang tidak berbuah dan dipotong dari pokok anggur (Yohanes 15:2,6).

h). Petrus menasehati orang percaya supaya tetap di dalam kebajikan Kristen, dengan mengatakan bila melakukan hal-hal itu ia "tidak pernah akan jatuh" (2 Petrus 1:4-10).

i). Orang percaya dikatakan untuk jangan "meninggalkan keselamatan yang begitu besar" (Ibrani 2:3).

j). Tuhan Yesus berbicara mengenai pohon ara yang mengeluarkan buah yang jahat (Matius 7:15-27).

k). Wahyu berbicara mengenai nama-nama yang dihapus dari buku kehidupan (Wahyu 3:5; 20:6,15,16; 21:8; 22:18,19). Kalau ini tidak mungkin terjadi, maka peringatan-peringatan ini tidak berarti.

l). Paulus berbicara mengenai kebaikan dan kekerasan Allah pada pohon Zaitun. "Atas kamu kemurahanNya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahanNya, jika tidak kamupun akan dipotong juga" (Roma 11:22).

Ayat-ayat peringatan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi tidak berarti sekiranya orang percaya sudah aman keselamatannya tanpa syarat.

g. Bahaya murtad

Perbedaan diantara mundur dan murtad perlu diperhatikan. Ia yang mundur dapat dipanggil kembali kepada Tuhan dan dapat kembali (Hosea 4:16; 11:7; 14:4; Yeremia 2:19; 3:6-12). Orang yang murtad tidak dapat kembali kepada Tuhan. Namun keadaan mundur juga dapat membawa kepada kemurtadan. Keadaan mundur berlangsung perlahan-lahan, tidak secara tiba-tiba. Ia meluncur balik dari Allah kepada kejatuhan. Tetapi murtad adalah langkah kelanjutan dari mundur. Pada fase ini orang itu menyangkali dan menolak Yesus Kristus secara sengaja dan dengan kehendak bebas. Ini juga dikatakan sebagai "menyalibkan lagi Anak Allah".

Kata-kata Grika yang diterjemahkan dengan "murtad" adalah :

1). Skandalizo, yang berarti melanggar, jatuh, menjatuhkan diri, terdapat di Matius 13:21; 24:10; Markus 4:17.

2). Aphistemi yang berarti jatuh, menarik diri, memisahkan diri, terdapat di Lukas 8:13; Ibrani 3:12.

3). Parapipto, yang berarti jatuh, murtad, terdapat di Ibrani 6:6.

Orang yang murtad artinya yang berbalik dengan sengaja dan dengan kehendak sendiri dari Tuhan, yang tidak pernah bertobat lagi sampai akhir hidupnya dan menjadi bagian dari "kejatuhan besar" atau "kemurtadan besar".

h. Keamanan bersyarat

Firman Allah mengajarkan tentang ketekunan orang kudus. Peringatan mengenai kemungkinan ada yang mundur dan murtad menunjukkan bahwa keamanan dalam keselamatan itu bersyarat, yaitu tergantung pada kepatuhan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Ibrani 5:9 mengatakan bahwa Yesus Kristus sudah mencapai kesempurnaanNya, "Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya". Dalam bahasa Inggris "to all who obey Him", yang berarti selalu atau terus menerus taat kepadaNya.

Jadi pekerjaan penebusan oleh Yesus Kristus tidak membebaskan manusia dari kepatuhan pada Firman Allah. Tetapi kepatuhan atau kehendak dan Firman Allah tidak dipaksakan kepada manusia. Allah tidak memperkosa kehendak bebas dan pilihan manusia. Manusia itu bertanggung jawab memilih untuk tetap setia atau mundur dari kesetiannya. Allah mengatakan dalam firmanNya, bila umatNya tetap mematuhi suaraNya (Kejadian 22:18; 26:5; 27:8,13; Keluaran 19:5; 23:21,22; Ulangan 11:27,28; 30:2,8,20; Yeremia 7:23; 11:4; Kisah 5:32; Ibrani 5:9; Roma 6:17; 1 Petrus 1:14,22; Roma 15:18). Bila umatNya tidak tetap taat kepadaNya, mereka dapat terkeluar dari keselamatan yang dijanjikan Allah kepada mereka.

Dalam Yohanes 10:27,28, Yesus Kristus mengatakan, domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan dapat merebut mereka dari tanganKu". Kedua ayat ini mengajarkan keamanan bersyarat bagi orang percaya. Dengan mendengar suara (Firman Tuhan) dan mengikuti Gembala (mengikuti kehendak Tuhan), umat Tuhan akan menerima kehidupan kekal dan terjamin tidak akan binasa. Diluar Tuhan tidak ada jaminan untuk tetap selamat.

Tugas hamba-hamba Tuhan sebagai penjaga dan pengawal domba-domba Tuhan yaitu supaya jangan ada yang berbalik dari kebenaran dan jatuh dalam kesalahan apalagi murtad. Bila semua tetap memelihara keselamatan, akan dapat berseru dengan iman, "Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya kamu jangan tersandung dan yang membawa dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliannNya, Allah yang Esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebenaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya Amin" (Yudas 1:24,25).

2. Kesempurnaan

Karena Allah sempurna, Ia menghendaki agar umatNya sempurna pula. Walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, tetapi di dalam manusia ada kerinduan untuk mengejar kesempurnaan itu. Allah sendiri yang menjadi standard ukuran tentang kesempurnaan itu. Allah berkenan supaya umat tebusanNya seperti Dia. Allah memerintahkan kesempurnaan dimasa sebelum Taurat (Kejadian 17:1), dimasa hukum Taurat (Ulangan 18:13) dan dimasa kasih karunia (Matius 5:48).

Mengenai kesempurnaan Alkitab mengajarkan ada dua fase kesempurnaan, yaitu kesempurnaan sekarang dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

a. Kesempurnaan sekarang.

Bila Alkitab berbicara tentang kesempurnaan manusia sekarang, yang dimaksud bukan "kesempurnaan tanpa dosa" tetapi kesempurnaan hati. Yang dimaksud dengan kesempurnaan hati yaitu hati yang diserahkan kepadaNya, hati yang telah dipersembahkan untuk melakukan kehendak Allah; hati yang tulus dan yang sepenuhnya mengikuti Allah. Hati yang sempurna adalah keinginan sepenuh hati dan ketetapan hati untuk melakukan kehendak Allah. Jenis kesempurnaan ini yang mungkin dicapai dalam hidup ini oleh orang percaya.

b. Kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Kesempurnaan dimasa yang akan datang. Ini adalah kesempurnaan yang akan ada pada: waktu Tuhan Yesus akan datang kembali. Ini adalah kesempurnaan tanpa dosa, seperti Allah. Kesempurnaan ini diturunkan dari Allah. Manusia tak pernah dapat mengusahakan hal ini dari dirinya sendiri, bagaimanapun ia berusaha untuk itu. Maksud Allah adalah untuk menebus umatNya kepada suatu kesempurnaan yang sesempurna-sempurnanya, dari mana manusia tidak mungkin akan jatuh lagi (Mazmur 138:8; 1 Petrus 5:10; Yohanes 17:23; Mazmur 18:32; Efesus 4:13; 1 Tesalonika 3:10; Ibrani 13:20,21).

c. Alat-alat kesempurnaan

Karena manusia tidak mampu membawa dirinya kepada kesempurnaan, maka Allah di dalam kasih karuniaNya telah menyediakan alat-alat yaitu :

1). Tuhan Yesus adalah penulis dan penyempurna iman kita (Ibrani 12:2; 10:14). Dengan tubuh dan darah Perjanjian Baru Ia akan menyempurnakan kita (Ibrani 13:20,21; 7:11).

2). Firman Allah akan menyempurnakan orang-orang kudus (Ibrani 11:3; 2 Timotius 3:16,17).

3). Iman dan ketaatan menyempurnakan kita (1 Yohanes 4:17,18; Yakobus 2:21).

4). Kemuliaan Tuhan akan membawa orang-orang kudus kepada kesempurnaan (Yohanes 17:23).

5). Pelayanan yang diatur dalam tubuh Kristus diadakan untuk membawa orang-orang kudus kepada kesempurnaan dan kedewasaan (Efesus 4:11,12; Kolose 1:26,28).

6). Orang-orang kudus yang mati di dalam iman disempurnakan di dalam roh (Ibrani 12:24).

7). Gereja akan dipersembahkan sempurna kepada Kristus tanpa cela atau cacat dan kudus sebagai pengantinNya dengan pembasuhan dengan air dan Firman (Efesus 5:23-32).

Orang percaya didorong untuk mencapai kesempurnaan. Sesudah ia selamat, ia harus mempersembahkan hati yang sempurna sampai ia dibawa oleh kuasa penebusan oleh Allah kepada keadaan sempurna yang tidak berdosa lagi dari mana ia tidak mungkin akan jatuh lagi (Kolose 1:27-29; 2 Korintus 7:1; 1 Petrus 5:10; Filipi 2:12,13).

Bila dikatakan bahwa orang percaya itu sempurna di dalam Kristus, itu adalah kesempurnaan secara posisi, namun kesempurnaan ini akan diberikan Tuhan menjadi pengalaman yang sebenarnya bila Tuhan akan datang kembali, asal orang percaya tetap setia dan berusaha untuk terus ada di dalam pimpinan Roh Kudus untuk mencapai kesempurnaan itu (Ibrani 6:1,2).
D. Alat-alat Kasih Karunia
Yang dimaksud dengan alat-alat anugerah yaitu institusi yang ditahbiskan oleh Allah untuk menjadi saluran dari kasih karunia, yaitu yang digunakan oleh pengaruh supranatural dari Roh Kudus kepada jiwa-jiwa manusia. Walaupun dia dalam pembicaraan tentang keselamatan telah disebut disana-sini perannya, tetapi secara khusus perlu dibahas secara sistematis. Yang dibicarakan disini ialah tentang pemberitaan Firman Allah dan tentang doa.
1. Pemberitaan Firman Allah
a. Penjelasan tentang Firman
Yang dimaksud dengan Firman Allah yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Buku-buku ini diinspirasikan secara Ilahi dan tidak ada kesalahan di dalamnya.
Dalam bahasa Grika ada dua bahasa uang digunakan untuk Firman Allah yaitu Logos dan Rhema. Kedua kata ini mempunyai perbedaan pengertian.
Logos mengungkapkan :
1) Pernyataan pikiran, yaitu mewujudkan suatu konsep atau ide, ucapan atau ernyataan dari Allah atau Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan ucapan atau pernyataan itu, bila dikatakan "Firman Tuhan" maka yang dimaksud ialah kehendak Allah yang diungkapkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2) Firman yang berpribadi, sebutan untuk Anak Allah. Yohanes 1:1-8.
Rhema menyatakan sesuatu yang dibicarakan, apa yang diucapkan di dalam khotbah atau tulisan. Sebagai contoh Rhema mempunyai arti yang berbeda dengan logos, seperti Efesus 6:17, pedang Roh yaitu Firman Allah. Yang dimaksud disini bukan Firman Allah (Logos) dalam pengertian keseluruhan Alkitab, melainkan ayat-ayat Firman Tuhan (Rhema) secara sendiri-sendiri yang dibawa oleh Roh Kudus ke dalam ingatan kita, yang digunakan pada saat dibutuhkan.
b. Pembedaan Firman sebagai alat anugerah.
1) Sebagai alat keselamatan
Alkitab adalah satu alat keselamatan. Roma 1:16 mengatakan, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Firman Allah melahirkan kembali orang percaya. "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh Firman Allah, yang hidup dan yang kekal" (1 Petrus 1:23). Firman Allah itu menyegarkan dan menguatkan kembali (Mazmur 19:8). Firman Allah menunjuk jalan kebenaran di dalam keselamatan. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16). Firman itu menyelamatkan. "Terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Jelas bahwa Firman Allah adalah sebagai alat yang digunakan Allah dalam keselamatan manusia.
2). Sebagai alat dalam penyucian. Hal ini terungkap dalam simbol dari Firman Allah yaitu sebagai cermin, sebagai pembasuh, sebagai lampu dan pedang. Yesus mengatakan, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran" (Yohanes 17:17). Ada hubungan erat diantara membaca dan mempelajari Firman Allah dengan pertumbuhan iman seseorang. Seperti pesan Tuhan kepada Yosua, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung," (Yosua 2:8). Kita sebagai umat Kristiani juga perlu bersungguh-sungguh dalam mempelajari Firman Allah dengan tekun supaya hidup rohani diberkati.
3). Berkat dalam mendengar dan memberitakan Firman.
Kita sebagai umat Tuhan harus melaksanakan Firman Tuhan dan tidak hanya menjadi pendengar saja (Yakobus 1:22). Hanya jika kita tetap di dalam Firman Tuhan, kita benar-benar adalah murid Tuhan Yesus (Yohanes 8:31). Tuhan berkenan akan mereka yang menuruti firmanNya (Yohanes 17:6). Karena itu diperintahkan, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah yang salah, tegorlah yang salah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2) "Pergilah . . . beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak," (Kisah 5:20) "Jangan takut ! Teruskanlah memberitakan firman dan jangan diam." (Kisah 18:9).
2. Doa
a. Arti dari doa
Doa adalah percakapan diantara jiwa seseorang dengan Allah. Percakapan itu dilaksanakan dalam beberapa bentuk. Hal-hal yang ada pada doa :
1) Pengakuan. Contoh : 1 Raja-raja 8:47; Ezra 9:5-10; Nehemia 1:6; Daniel 9:3-15.
2). Penyembahan (adoration). Contoh : Mazmur 54:1-8; Yesaya 6:1-4; Matius 14:33; 15:25; 28:9; Wahyu 4:11.
3). Persekutuan (communion). Sebagai contoh adalah doa dari Abraham mengenai Sodom dan Gomora (Kejadian 18:23). Allah bersekutu dengan imam besar dari tutup grafirat (Keluaran 25:22). Musa bersekutu dengan Allah di Sinai (Keluaran 31:8).
4). Mengucap syukur. Nyanyian Miriam (Keluaran 15), Deborah (Hakim-hakim 5) dan Daud (2 Samuel 23) adalah terutama pengucapan syukur. Alkitab banyak mengajak supaya mengucap syukur (Mazmur 95:2; Efesus 5:20; Filipi 4:6; Kolose 4:2).
5). Permintaan, menyampaikan permohonan. Contoh : Daniel 2:17; 9:16-19; Matius 7:7-12; Yohanes 7:7-11, 22; Kisah 4:29, 30; Filipi 4:6.
6). Permohonan mendesak. Contoh : Zakharia 12:10; Matius 15:22-28; Lukas 18:1-8; 1 Timotius 2:1.
7). Doa syafaat. "Pertama-tama aku menasihatkan : Naikkanlah permohonan doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang." (1 Timotius 2:1). Contoh : Jemaat berkumpul dan mendoakan Petrus di penjara (Kisah 12:5). Orang-orang yang dibantu dalam doa, misalnya : pengusa (1 Timotius 2:2), Israel (Mazmur 122:6), yang belum selamat (Lukas 23:24; Kisah 7:60), orang yang baru bertobat (2 Petrus 1:11), semua orang suci (Efesus 6:18; Yakobus 5:16), orang yang berbuat dosa (1 Yohanes 5:16), pekerja Kristen (Efesus 6:19; 1 Tesalonika 5:25), dan musuh kita (Matius 5:44).
8). Menanti. "Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nantikan, dan aku mengharapkan firmanNya." (Mazmur 130:5) "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan." (Ratapan 3:26) "Nantikanlah Tuhan ! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!" (Mazmur 27:14).
b. Pentingnya doa.
Alkitab mengungkapkan pentingnya doa di dalam hidup orang percaya. Kehidupan Kristen tak dapat bertahan tanpa doa karena doa adalah nafas vital dari orang Kristen. Hal-hal yang mengungkap pentingnya doa :
1). Meninggalkan doa dianggap berdosa (Yesaya 64:6,7; 1 Samuel 12:23).
2). Banyak kejahatan yang disebabkan karena kekurangan doa (Zefanya 1:4-6; Daniel 9:13, 14).
3). Terus-menerus berdoa merupakan perintah (Kolose 4:2); 1 Tesalonika 5:17).
4). Kita disuruh untuk mencari kesempatan untuk berdoa (1 Korintus 7:5).
5). Doa merupakan metode yang ditunjuk Allah untuk memperoleh apa yang Ia anugerahkan (Daniel 9:3; Matius 7:7-11; 9:24-29; Lukas 11:13).
6). Kekurangan berkat untuk kehidupan disebabkan kegagalan berdoa (Yakobus 4:2).
7). Rasul-rasul menganggap doa sangat penting dan memerlukan perhatian sepenuhnya (Kisah 6:4; Roma 1:9; Kolose 1:9).
c. Kemungkinan untuk berdoa.
1). Wahyu Allah oleh Yesus Kristus kepada kita
Yohanes 1:18 mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang mengatakannya." Selanjutnya dalam Matius 11:27, "Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak berkenan mengatakannya." Kristus menyatakan Allah sebagai Allah pribadi, sebagai Yang Ada yang melihat, merasa, mengetahui, mengerti dan bertindak. Kepercayaan pada kepribadian Allah adalah mutlak diperlukan untuk doa yang benar (Ibrani 11:6). Kristus menyatakan Allah sebagai Allah yang berdaulat (Matius 19:26). "Dengan Allah semua boleh jadi," Allah berdaulat atas semua hukum; Ia dapat menjadikan semua hukum melayani kehendak-Nya dan menggunakan-Nya untuk menjawab doa anak-anakNya. Ia tidak terikat dengan apa yang disebut sebagai hukum yang tak dapat diubah.
Kristus menyatakan Allah sebagai Bapa (Lukas 11:3). Pada setiap saat di dalam kehidupan Kristus pada masa Ia menyapa Allah di dalam doa Ia selalu menyebut-Nya sebagai Bapa. Fakta tentang kebapaan dari Allah menjadikan doa itu mungkin. Tidaklah biasa bagi seorang bapa untuk tidak bercakap-cakap dengan anaknya.
2). Karya pengorbanan Yesus Kristus.
Ibrani 10:11,12 berbunyi sebagai berikut : "Jadi saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni."
Karena kematian Kristus yang menyingkirkan penghalang di antara Allah dan kita, Ia sekarang dapat mendengar dan menjawab permohonan anak-anakNya.
3). Inspirasi Roh Kudus.
Roma 8:26 mengatakan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelamahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak diucapkan ." Jadi walaupun kita diyakinkan bahwa ada Allah pribadi yang mendengar doa kita, dan walaupun kita mempunyai keyakinan bahwa penghalang yaitu dosa yang ada di antara kita dan Allah telah disingkirkan sehingga kita sekarang dapat berdoa, tetapi kita sering terhalang karena kita tidak tahu apa yang harus dikatakan atau untuk apa diminta. Kita mungkin terlalu berapi-api untuk hal-hal yang salah, atau terlalu lemah untuk hal-hal yang sangat kita butuhkan. Jadi jaminan yang diberikan ayat-ayat di atas adalah bahwa Roh Kudus akan berdoa di dalam kita, dan akan menguraikan permohonan itu, yang membantu kita di dalam doa itu.
4). Banyak janji dalam Alkitab.
Dikatakan bahwa ada lebih dari 3000 janji dalam Alkitab dan setiap janji adalah "ya" dan "amin" di dalam Yesus. Ia adalah jaminan untuk semua. "Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Lihat juga dalam Yohanes 14:13; 15:7; 1 Yohanes 5:14,15; Lukas 11:9.
5). Ada kesaksian Kristen universal.
Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa kepada Bapa (Nehemia 4:9; Yohanes 16:23; Kisah 12:5; 1 Tesalonika 5:23) atau kepada Kristus (Kisah 7:59; 1 Korintus 1:2, 2 Korintus 12:8,9; 2 Timotius 2:22). Mengenai Roh Kudus sebagai tujuan doa, ada ahli yang berpendapat bahwa Roh Kudus juga dapat menjadi tujuan doa karena Ia adalah Allah yang harus disembah. Tetapi ahli lain mengatakan tidak ada doa yang tercatat di Alkitab yang ditujukan kepada Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya ada persekutan dari Roh Kudus, namun yang dibicarakan hanya ada persekutuan dari Roh Kudus. Ini dapat berarti doa, tetapi juga dapat berarti bahwa Roh Kudus bersama-sama mengambil bagian. Peranan Roh Kudus adalah berdoa di dalam kita (Roma 8:26; Yudas 1:20) bukan menyambut doa. Kesimpulannya bahwa cara normal dalam doa yaitu berdoa di dalam Roh, berdasarkan karya anuerah dari Anak ditujukan kepada Bapa, atau singkatnya berdoa di dalam Roh melalui Anak kepada Bapa.
d. Cara berdoa
1). Sikap badan waktu berdoa
Alkitab tidak menetapkan satu cara atau sikap badan tertentu, tetapi ilustrasi dan contoh-contoh ada diberikan. Kita ada melihat bahwa ada yang berdoa sambil berdiri (Markus 11:25; Lukas 18:13; Yohanes 17:1), berlutut (Lukas 22:41; 1 Raja-raja 8:54; Efesus 3:14; Kisah 20:36), merebahkan diri (Markus 14:35), tiarap di tanah (Matius 26:39), berbaring (Mazmur 63:6), duduk (1 Raja-raja 18:42). Ini menyatakan bahwa yang penting bukanlah sikap badan tapi sikap hati. Namun banyak tanda bahwa yang lebih banyak digunakan adalah sikap berdoa sambil berdiri atau berlutut.
2). Waktu berdoa
Alkitab mengajarkan bahwa kita harus berdoa (Lukas 18:1; Efesus 6:18). Namun ada juga contoh perlu menentukan waktu-waktu tertentu untuk berdoa. Contoh dalam Mazmur 55:17; Daniel 6:10; Kisah 3:1. Walaupun contoh-contoh tidak merupakan perintah tetapi mengungkapkan adanya keinginan untuk berdoa secara teratur. Ada firman tentang berdoa sebelum makan (Matius 14:19; Kisah 27:35; 1 Timotius 4:4,5) dan bahwa kesempatan tertentu harus mendorong kita untuk berdoa secara khusus (Lukas 6:12,13; 22:39-46; Yohanes 6:15; Mazmur 50:15). Jadi walaupun tidak ada waktu tertentu yang ditunjuk untuk kita berdoa, tetapi setiap saat adalah waktu yang baik untuk kita berdoa kepada Allah.
3). Tempat berdoa
Alkitab mengisyaratkan tentang doa yang rahasia di kloset (ruang kecil di rumah tempat khusus berdoa), terlindung dari semua keributan dan kesibukan hidup (Matius 6:6; Daniel 6:10). Yesus dengan contohnya mengajar kita untuk memilih tempat yang tersendiri untuk berdoa, misalnya di padang (Markus 1:35), di atas gunung (Markus 14:23). Firman juga menguatkan supaya berdoa dalam persekutuan bersama-sama dengan mereka yang mau bersama-sama dan sependapat (Matius 18:19,20; Kisah 1:14; 12:5; 20:36). Ada juga contoh berdoa dimana saja (1 Timotius 2:8). Karena tidak aa larangan kita berdoa di suatu tempat tertentu, tetapi perlu juga memperhatikan ucapan Tuhan Yesus bahwa bait Allah disebut sebagai rumah doa, sehingga tidak berlebihan bila jemaat secara khusus diajar supaya pada kesempatan tertentu berdoa di Gereja sebagai "rumah doa" bagi orang Kristen.
4). Penampilan di waktu berdoa
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pada waktu berpuasa janan memperlihatkan muka muram (Matius 6:16-18). Yang dimaksudkan yaitu jangan seperti orang munafik. Doa pribadi tidak boleh dilakukan secara demonstratif untuk mempertontonkan hawa "aku sedang berdoa" (Matius 6:5). Tuhan juga mengajar supaya jangan mengucapkan doa yang terdiri dari ungkapan yang berulang-ulang, bertele-tele (Markus 6:7). Berdoalah sewajarnya karena Allah Bapa mengetahui apa yang kita perlukan (Matius 6:8), tidak mengulang satu kalimat seratus kali misalnya kepada Allah, dengan anggapan bahwa doa akan dikabulkan karena banyaknya kata (Matius 6:7).
5). Suasana hati orang berdoa
Suasana hati orang yang berdoa adalah faktor yang sangat penting. Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:7, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamuakan menerimanya." Mengenai syarat "jikalau kamu tinggal di dalam Aku, meliputi beberapa hal, yaitu bebas dari dosa yang diketahui (Mazmur 66:18; Yesaya 59:1,2; Amsal 28:9), tidak mementingkan dirinya sendiri di dalam permintaan (Yakobus 4:2,3), meminta sesuatu dengan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14), pengampunan di dalam nama Kristus (Yohanes 14:13,14; 15:16; 16:23-24), berdoa di dalam Roh (Efesus 6:18; Yudas 1:20), meminta di dalam iman (Yakobus 1:6,7; Lukas 18:1-8; Kolose 4:21). Dengan suasana hati yang berkenan kepada Tuhan, kita berdoa kepada Allah dengan iman kita menerima jawaban untuk doa kita.

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP