Rabu, 20 Mei 2009

KONSEP MURID MENURUT MATIUS

PENDAHULUAN

Injil Matius adalah Injil yang mempunyai ciri keyahudian. Meskipun sifat dari injil ini sangat berciri keyahudian, namun ia juga ditulis bagi kepentingan umat kafir, karena dalam Matitus 28:19-20, adalah perintah terakhir Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya.

Ada hal menarik yang dapat ditelusuri dalam penulisan Injil Matius mengenai murid. Dari beberapa ayat dan perikop yang diambil contoh untuk dianalisa, ternyata Matius menyampaikan sebuah pesan akan adanya konsep mengenai murid-murid Tuhan Yesus yang berbeda dengan Injil sinopsis lainnya. Seperti apakah konsep murid yang disampaikan oleh Matius? Apakah Matius menguraikan konsep murid yang diidentikkan dengan seorang pekerja? Di dalam tulisan ini akan diuraikan hal-hal yang mendukung hipotesa mengenai konsep murid yang disampaikan oleh Injil Matius.

URAIAN

Dalam menjelaskan hal-hal yang mendukung konsep murid menurut Matius ini, telah dilakukan perbandingan antara Injil Matius dengan Injil Markus. Diambil beberapa perikop dan ayat yang mempunyai kata-kata ”murid” dan juga ”nama-nama murid”, baik dari Injil Matius maupun Injil Markus. Ayat dan perikop yang sama membahas mengenai ”murid” dibandingkan dan diuraikan serta disimpulkan. Kemudian ayat dan perikop mengenai ”murid” yang ada di Injil Matius tetapi tidak ada di Injil Markus dan sebaliknya ayat dan perikop mengenai ”murid” yang ada di Injil Markus tapi di Injil Matius tidak ada, dianalisa.

Hasilnya ditemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat mendukung bahwa Matius mengidentikkan murid dalam tulisannya sebagai pekerja yaitu :
1. Dipanggil menjadi pekerja (Matius 4:18-22)
2. Tuaian banyak, Pekerja sedikit (Matius 9:35-39)
3. Pekerja Diutus (Matius 10:5-15 ; Matius 28:18-20)
4. Upah Pekerja (Matius 10:41-42 ; Matius 19: 27-30)
5. Hari Kerja ( Matius 12:1)
6. Seorang Pekerja harus bayar pajak (Matius 17:24-27)
7. Seorang Pekerja harus melayani (Matius 20:25-28)
8. Seorang Pekerja harus merencanakan (Matius 26:17-20)
9. Perumpamaan (Matius 13:36-43 ; Matius 13:47-52)
10. Istirahat (Matius 26:45-46)

1. DIPANGGIL MENJADI PEKERJA

Pada bagian pertama dari Injil Matius, dapat dilihat bagaimana Yesus memulai pelayanan-Nya dan berjalan menyusur danau Galilea dan melihat dua orang bersaudara yaitu Simon yang disebut Petrus dan saudaranya Andreas sedang menjala ikan. Yesus mengajak mereka dengan berkata: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” dan mereka bersedia mengikut Yesus. Demikian juga murid lainnya yaitu Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus, mengikut Yesus ketika Yesus mengajak untuk bekerja bersama-Nya. (Matius 4: 18-22). Disini para murid menerima tawaran Yesus untuk menjadikan mereka menjadi pekerja-Nya yaitu sebagai PENJALA MANUSIA. Yesus menghubungkan pekerjaan yang ditawarkan kepada murid-murid yaitu sebagai penjala manusia yang identik dengan pekerjaan mereka sehari-hari yaitu sebagai nelayan, sehingga murid dapat lebih mengerti posisi mereka sebagai pengikut Yesus.

Kemudian pada Matius 9: 9 Yesus juga mengajak Matius, seorang pemungut cukai untuk menjadi pekerja-Nya dan Matius mau. Walaupun Matius sebagai seorang pemungut cukai dianggap orang sebagai seorang yang berdosa, namun Yesus menyampaikan alasannya bahwa Dia datang bukan memanggil orang benar melainkan orang berdosa untuk dijadikan sebagai pekerja-Nya. Jadi syarat yang diajukan oleh Yesus adalah bukan orang benar, tapi orang berdosa yang mau untuk mengikut Dia.

2. TUAIAN BANYAK, PEKERJA SEDIKIT

Pada bagian lain Matius menjabarkan tentang perbuatan Yesus yang berkeliling ke semua kota dan desa dan mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta meleyapkan segala penyakit dan kelemahan. Banyak orang yang datang kepada-Nya untuk minta kesembuhan dan minta dilayani, namun orang banyak tersebut tidak dapat dilayani dengan baik karena banyak yang terlantar dan kelelahan seperti domba yang tidak bergembala. Hal ini disebabkan karena pekerja-Nya sedikit sedangkan tuaian yang akan dituai itu sangat banyak. Maka kata Yesus kepada murid-murid-Nya: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”. (Matius 9:35-38). Matius dalam tulisannya mengatakan bahwa Yesus memerlukan pekerja-pekerja yang lebih banyak lagi untuk membantu Dia untuk melayani orang lebih banyak lagi. Namun pada saat itu, seditkit saja yang terpanggil untuk ikut bergabung bekerja bersama dengan Yesus.

3. PEKERJA DIUTUS

Pada Matius 10: 5-10, Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk memulai sebuah pekerjaan yang baru. Yesus berkata : "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”

Matius mengambarkan murid-murid Yesus sebagai pekerja yang harus pergi dan melakukan tugas yang harus dilaksanakan yaitu :
• Pergi mengurus domba-domba yang hilang
• Memberitakan Kerajaan Sorga telah dekat
• Menyembuhkan orang sakit
• Membangkitkan orang mati
• Mentahirkan orang kusta
• Mengusir setan-setan
Dalam melakukan semua itu, Yesus mengatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat upahnya, sehingga tidak perlu membawa bekal dalam perjalanan. (Matius 10:10)

Dalam Matius 28:18-20, ditegaskan kembali pengutusan para pekerja ini yang dikatakan oleh Yesus sebelum naik ke Sorga yaitu yang disebut amanat agung. Yesus berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pada akhir kehidupan Yesus di bumi, sebelum Dia naik ke sorga, Yesus menegaskan bahwa pekerjaan yang harus dilakukan oleh murid-murid yaitu :
• Pergi memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus
• Membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
• Mengajar segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh Yesus

4. UPAH PEKERJA

Seorang pekerja patut mendapat upahnya. Kalau di dalam dunia sekuler, orang yang bekerja akan mendapatkan upah dalam bentuk uang dan karir. Kalau seorang bekerja pada sebuah perusahaan, maka akan diperoleh gaji, bonus dan tunjangan-tunjangan. Dan apabila kinerjanya baik, maka perusahaan akan menghargainya dengan karir yang baik dan menanjak. Demikian pula dalam hal kerajaan sorga. Para murid yang dalam injil Matius digambarkan sebagai seorang pekerja patut mendapat upah. Dalam Matius 10:41-42, disampaikan bahwa barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi dan barangsiapa menyambut orang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya daripadanya. Upah mengikut Yesus ada pada Matius 19:29 yaitu :
a. Menerima upah seratus kali lipat
b. Memperoleh hidup kekal

5. HARI KERJA

Dalam dunia sekuler, bekerja hanya 5 hari dalam seminggu dengan jam kerja sebanyak 8 jam sehari. Lewat batas yang ditentukan, maka pekerja akan dianggap bekerja lembur. Namun tidak demikian halnya dengan orang yang bekerja dalam hal rohani. Dalam injil Matius, diceritakan bagaimana murid-murid bekerja pada hari Sabat, dan mungkin juga hari-hari lainnya tak kenal lelah. Murid-murid diceritakan memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat, hal mana sangat bertentangan dengan ajaran orang Yahudi dan mencela perbuatan tersebut. Namun Yesus membela murid-murid dengan mengatakan bahwa yang dikehendaki-Nya adalah belas kasihan dan bukan persembahan. Dan Dia berkuasa atas hari Sabat. Disini dapat disimpulkan bahwa murid-murid yang adalah pekerja Tuhan, harus melayani Tuhan kapan saja setiap saat dan dimana saja termasuk pada hari Sabat.

6. SEORANG PEKERJA HARUS BAYAR PAJAK

Injil Matius menceritakan bagaimana sikap seorang pekerja terhadap pemerintah yang memungut pajak. Menurut pemungut pajak, Yesus dan murid-murid-Nya harus membayar pajak. Namun menurut murid-Nya yang bernama Petrus, bahwa yang membayar pajak adalah dari orang asing dan bukan dari rakyat. Dan Yesus membenarkan hal tersebut. Namun sebagai Tuan yang baik yang memberikan pekerjaan kepada murid-murid, Dia menganjurkan agar pajak kepada pemerintah dibayarkan, baik pajak Pemberi Kerja (Yesus) maupun pajak pekerja yaitu pajak murid-murid, sehingga hal itu tidak menjadi batu sandungan dan menjadi bahan omongan.

7. SEORANG PEKERJA HARUS MELAYANI

Seorang pekerja agar menjadi besar harus dapat melayani. Yesus mengatakan dalam Matius 20:25-28 : ”Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Seorang pekerja tidak akan dipakai oleh tuannya apabila mereka tidak mau melayani, dan tidak mau bekerja. Bekerja dimulai dari hal-hal kecil, dan tuannya akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar apabila pekerja dapat dipercaya.

8. SEORANG PEKERJA HARUS MERENCANAKAN

Dalam hal melakukan tugasnya, seorang pekerja harus melakukan perencanaan lebih dahulu untuk menentukan hal-hal apa yang akan dilakukan yang dapat menggembirakan tuannya. Rencana diperlukan agar dapat dicapai hasil yang maksimal. Demikian juga penggambaran dari Matius terhadap murid-murid Yesus. Mereka merencanakan apa yang akan dilakukan dan mereka bertanya kepada tuannya apa yang akan dilakukan sehingga pekerjaan yang dilakukan jangan sembarangan dilakukan.

Dalam Matius 26:17-19 diceritakan : ”Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.”

Dalam hal ini murid-murid telah merencanakan dan melakukan seperti apa yang diperlukan oleh tuannya. Murid-murid digambarkan sebagai pekerja yang selalu siap untuk melakukan apa saja dan digambarkan mempunyai insiatif untuk bertanya kepada yang memberi pekerjaan.

9. PERUMPAMAAN

Matius menceritakan perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Perumpamaan yang digambarkan oleh Matius sangat mendukung konsep murid yang menggambarkan murid sebagai pekerja yaitu penjelasan perumpamaan tentang Lalang Diantara Gandum (Matius 13:36-43)dan perumpamaan tentang Pukat (Matius 13:47-52). Pada Matius 13:10, murid-murid datang kepada-Nya dan bertanya : "Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).

a. Penjelasan Perumpamaan Tentang Lalang Diantara Gandum
Matius menggambarkan suatu perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus mengenai Seorang Penabur. Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Tujuan Yesus menyampaikan suatu perumpamaan agar para pendengar dapat memahami dengan baik, namun kenyataaannya dalam hal perumpamaan tentang Penabur, murid-murid tidak memperoleh pemahaman yang jelas. Maka pada Matius 13:36 setelah mereka pulang, murid-murid bertanya kepada Yesus : ”Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.”

Menurut Matius, setelah murid-murid Yesus menanyakan penjelasan dari perumpamaan tentang penabur tersebut, maka Yesus memberikan penjelasan dalam bentuk paradigma yang dapat dibaca sebagai berikut:
1. "Orang yang menabur benih yang baik : adalah Anak Manusia,
2. ladang : adalah dunia,
3. benih yang baik : adalah anak-anak Kerajaan
4. lalang : adalah anak-anak si jahat
5. musuh yang menaburkan benih lalang : adalah iblis
6. Waktu menuai : adalah akhir zaman,
7. para penuai : adalah malaikat"
Meskipun perumpamaan ini diberikan oleh Yesus, tetapi komposisi penjelasannya adalah tulisan Matius. Matius mengambil pengajaran Yesus dan menyusun kata-katanya di dalam sebuah daftar yang terdiri atas tujuh konsep yaitu konsep seorang pekerja yang tertuang dalam diri seorang Penabur (seorang Petani). Penabur bekerja setiap hari yang dimulai dari menabur benih yang baik.

Matius menggambarkan perumpamaan tentang lalang diantara gandum memberikan gambaran bahwa murid-murid-Nya akan bekerja seperti itu, yaitu menabur seperti yang dilakukan Anak Manusia. Penabur yang merupakan seorang petani dengan benih di tangan akan bekerja untuk menabur benih yaitu benih yang baik dengan harapan akan memperoleh hasil panen yang baik. Penabur atau Petani memerlukan kesabaran untuk menanti hasil yang diharapkan.

b. Perumpamaan Tentang Pukat
Perumpamaan tentang pukat hanya ditulis di dalam Injil Matius. Perumpamaan tentang pukat ini merupakan perumpamaan yang sama dengan perumpamaan tentang lalang dan gandum dimana maksud dari keduanya difokuskan pada hari penghakiman. Tetapi terdapat perbedaan yang penting dari kedua perumpamaan tersebut. Yesus menekankan masalah kesabaran di dalam perumpamaan tentang lalang namun masalah kesabaran ini tidak ada di dalam perumpamaan tentang pukat.

Perumpamaan tentang lalang jauh lebih deskriptif daripada perumpamaan tentang pukat. Perumpamaan tentang lalang menyebutkan petani, hamba-hamba, dan para penuai, tetapi di dalam perumpamaan tentang pukat ini hanya nelayan dan pekerja-pekerjanya yang dijelaskan. Sesudah petani menanami tanahnya, lalang ditaburkan ke ladang, sementara itu di danau Galilea ikan yang dapat dimakan dan yang tidak dapat dimakan bercampur menjadi satu. Perumpamaan lalang menjelaskan kondisi ladang pada waktu sekarang dan panen sebagai peristiwa yang terjadi di masa yang akan datang. Sebaliknya, perumpamaan tentang pukat menggambarkan pemisahan ikan berkenaan dengan waktu sekarang.

Pekerjaan murid-murid Yesus sebagian besar adalah sebagai nelayan daripada sebagai pedagang, mereka telah meninggalkan jala dan perahu mereka untuk mengikut Yesus dan menjadi penjala manusia. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan tentang pukat ini kepada mereka, mereka memahami setiap nuansa dari ceritanya. Yesus menyinggung mata pencaharian mereka sebelumnya.

Matius menceritakan perumpamaan Yesus mengenai Pukat ini, bahwa Kerajaan Sorga itu seumpama Pukat. Pukat adalah alat untuk menangkap ikan berupa jala yang tinggi jala kira-kira dua meter dan panjangnya lebih dari seratus meter. Bagian atas jala ditahan oleh beberapa pelampung, dan bagian bawahnya diberi beban. Kadang-kadang nelayan mengikat salah satu ujung jala di pantai sementara sebuah perahu menarik ujung yang lain menuju ke danau, berlayar sekitar setengah lingkaran dan membawa jala tersebut kembali lagi ke pantai. Pada saat yang lain dua perahu keluar dari pantai, membentuk setengah lingkaran dengan jala, menarik jala secara bersama-sama untuk menangkap ikan dan mengumpulkan ikan-ikannya ke dalam perahu. Untuk menggunakan pukat dibutuhkan kerja sama dari enam orang atau lebih. Sementara beberapa orang mendayung, yang lain menghalau jala atau menarik jala, dan yang lainnya lagi memukul air supaya ikannya masuk ke jala. Nelayan-nelayan yang berpengalaman akan mencoba menemukan tempat yang banyak ikannya sebelum menebarkan jala.

Murid-murid yang digambarkan sebagai nelayan atau Penjala Manusia, harus bekerja untuk menebarkan pukatnya di danau untuk mendapatkan ikan. Dan sekali jala ditebarkan, nelayan-nelayan tersebut akan menarik semua ikan yang masuk ke dalam jala. Semua yang tertangkap selalu bercampur menjadi satu, karena tentu saja mereka tidak dapat bersikap selektif sementara mereka menangkap ikan.

Yesus menggunakan perumpamaan tentang pukat untuk menggambarkan hari penghakiman. Dia berbicara kepada murid-murid-Nya yang mengenal bagaimana menangkap dan menyortir ikan. Dia berbicara dengan bahasa mereka sehingga bisa mengkomunikasikan sebuah kebenaran rohani secara efektif. Dan karena itu Yesus memberikan penafsiran yang singkat tentang perumpamaan ini. "Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi" (Matius 13:49-50)

10. ISTIRAHAT

Pada Matius 26:45-46, digambarkan situasi sebagai berikut: ”Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.".
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa murid-murid yang setelah bekerja seharian bersama dengan Tuannya yaitu Yesus, merasa kelelahan dan akhirnya tertidur ketika tuannya sedang berdoa. Menyadari hal ini Tuannya berkata kepada mereka supaya tidur dan beristirahat. Selanjutnya murid-murid dibangunkan kembali karena harus melakukan pekerjaan yang sudah menunggu di depan mereka.

KESIMPULAN

Dari seluruh pemaparan yang diberikan diatas dapatlah disimpulkan bahwa Injil Matius mempunyai konsep murid yang mengindentikkan murid-murid Yesus sebagai seorang pekerja. Adapun hal yang mendukung konsep tersebut adalah karena mereka dipanggil menjadi pekerja (Matius 4:18-22), terdapat begitu banyak tuaian namun pekerja sedikit (Matius 9:35-39), setelah para pekerja ini dipilih, mereka diutus (Matius 10:5-15 ; Matius 28:18-20), sebagai seorang pekerja mereka mendapat upah yaitu upah yang berlipat kali ganda dan hidup yang kekal (Matius 10:41-42 ; Matius 19: 27-30).

Seorang pekerja mempunyai hari kerja ( Matius 12:1), dan dari hasil pekerjaannya seorang Pekerja harus bayar pajak (Matius 17:24-27), seorang Pekerja harus melayani agar menjadi besar (Matius 20:25-28), seorang Pekerja harus merencanakan apa yang harus dilakukannya (Matius 26:17-20).

Dalam mendukung konsep ini juga, Injil Matius memaparkan perumpamaan-perumpamaan yang sangat dekat sekali dengan kehidupan para murid-murid yang sebagian besar merupakan nelayan. Perumpamaan tentang Penabur dan penjelasanannya (Matius 13:36-43) dan perumpamaan tentang Pukat (Matius 13:47-52) adalah hal yang tepat menggambarkan konsep pekerja ini. Setelah para pekerja bekerja seharian, para pekerja patut diberikan istirahat agar dapat memiliki kesegaran untuk memulai pekerjaan yang baru baru keesokan harinya (Matius 26:45-46)

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP